Lihat ke Halaman Asli

Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)

TERVERIFIKASI

Guru SD, Penulis buku

Yuk, Ambil Bagian Peduli Lingkungan dengan Cara Memilah Sampah di Rumah Sendiri

Diperbarui: 22 Maret 2024   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekarangan yang akan ditimbun tanah. Dokpri.

Tertantang untuk menulis topik pilihan yang bertemakan sampah dari Kompasianer sekaligus pegiat dan ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YASKINDO), Nara Ahirullah, yang berjudul "Mungkin Nggak Bulan Ramadan Minim Sampah".

Sampah, sampah dan sampah lagi selalu menjadi perbincangan yang tak akan putus mata rantainya. Mengapa? Selama kita masih berkehidupan sampah akan selalu ada di dunia. Di lingkungan kita, keberadaan sampah tak lepas karena aktivitas kita sehari-hari.

Contoh, saat kita masak, pasti akan terkumpul sampah dari bekas bahan-bahan yang kita masak. Misalnya saat masak sayur yang sederhana saja, oseng-oseng kangkung. Maka kita akan mendapat sampah dari beberapa bahan, seperti batang kangkung yang tidak terpakai, kulit bawang merah dan bawang putih, sisa cabai yang tidak terpakai, bungkus kecap atau saus dan sebagainya.

Contoh di atas hanya untuk satu masakan, padahal kita sekali masak bisa beberapa menu masakan. Misalnya setelah masak sayur, membuat lauk, aneka camilan, dan tidak ketinggalan minuman seperti kolak, es dan lain-lain.

Dari apa yang kita masak, terkumpul sampah rumahan dari bahan yang tersisa. Nah, jika setiap rumah tangga memasak tiga kali sehari, so pasti sampah akan terkumpul tiga kali di kantong sampah. Dan itu kita lakukan setiap hari, makanya selama masih ada kehidupan keberadaan sampah akan selalu ada.

Saat Ramadan tiba, mestinya sampah rumahan tidak sebanyak dengan hari-hari biasa. Saya sendiri misalnya, di bulan Ramadan ini, saya bisa mengurangi sampah.

Apa sebabnya? Karena saya masak hanya sekali saat sore hari. Jika pun masak lagi hanya memanasi saja atau goreng saja, jika pun ada sampah hanya bekas bungkus tempe atau tahu.

Beruntung di lingkungan tempat saya tinggal sampah-sampah rumahan diarahkan oleh warga setempat, Pak Man namanya, dibuang ke tempat pembuangan yang sengaja untuk urug pekarangan sebelum ditimbun dengan tanah.

"Bu, untuk sampah bisa dibuang di pekarangan Pak Karto, karena ke depan pekarangan itu akan diurug", ujar Pak Man yang mengetahui rencana Pak Karto.

Menurutnya, Pak Karto punya rencana akan buat rumah di pekarangannya. Pekarangan tersebut masih berbentuk sawah. Datarannya agak rendah sehingga harus menambah ketinggian tanah. Jika harus ditimbun akan menghabiskan tanah sekitar 20 rit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline