Perjalanan hidup seseorang menjadi rahasia sang pencipta. Tentu semua harus diyakini bahwa takdir, jodoh dan maut adalah hak prerogatif Tuhan Sang Kuasa, yang sudah ditentukan sejak zaman azali. Kita sebagai hamba hanya pantas untuk menjalaninya.
Hari ini tanggal 25 Februari 2025 bertepatan dengan peringatan Nisfu Sya'ban kami yang berbahagia melangsungkan acara khitbah atau lamaran untuk putri kami tercinta.
Tentu perasaan haru bercampur bahagia menjadi satu, karena harus merelakan putri kami untuk dimiliki orang lain secara lahir maupun batin.
Dia akan bersama mengarungi kehidupan baru setelah pernikahannya nanti. Merelakan anak perempuan untuk dipinang adalah sesuatu yang wajar dan menjadi bagian dari perjalanan hidup.
Kewajiban orangtua selain mendidik juga mengantarkan anak-anaknya ke dermaga kehidupan yang di dalamnya akan terjadi berbagai terpaan angin, semua akan mendewasakannya.
Penting kiranya orangtua sejak awal menyampaikan bahwa menikah adalah memadukan dua hati yang berbeda, dua adat yang tidak sama, selera yang tidak serupa, merek yang berlainan bahkan mungkin pandangan yang tidak satu tujuan.
Dengan menikah semua harus dilebur menjadi satu, menyamakan persepsi, memadukan perbedaan, menyatukan pendapat dan merangkul ekspektasi yang tidak sama.
Dengan demikian saat anak sudah dipinang oleh pemuda pujaan hatinya, maka di situlah orangtua harus merendahkan egonya, menerima dengan ikhlas apa yang sudah menjadi jodohnya. Orangtua tinggal mendoakan yang terbaik untuk anaknya.
Sebagai orangtua tentu mempunyai beberapa pertimbangan saat akan merestui hubungan calon mantu, di antaranya sebagai berikut