"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah" kalimat bijak dari Pramoedya Ananta toer ini membuat nadi Aina bergerak untuk mengukir sejarah dalam peristiwa yang membuat decak kagum terhadap apa yang dialaminya.
Pengalaman memang guru yang paling baik, karena di dalamnya terdapat I'tibar atau Pelajaran. Kisah demi kisah dia tuliskan secara sederhana, lugu dan dan runtut.
Seperti saat menginjakkan kaki pertama kali di Baitullah untuk melaksanakan ibadah umrah, maka setiap jengkal dari langkahnya mengundang kalimat untuk ditulis sehingga menjadi buku solo. Alhamsulillah mengingat kembali peristiwa yang dilalui menjadikan dirinya hanyut dalam rangkaan ibadah tersebut.
Bagaimana saat Thowaf, Sa'i, Tahalul semua terekam dalam flasdisk hatinya. Sehingga cukup dengan mengingat kembali dan menuliskannya Aina merangkai aksara sehingga menjadi sebuah buku novel yang layak di baca.
"Merengkuh Cinta, di Tepian Rumah Ilahi", sebuah novel yang berisi tentang hamba dhoif yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk pergi ke tanah suci menjalankan rangkaian ibadah Umrah. Ada banyak cerita yang membuncah membahagiakan, mengharu dan menyedihkan bahkan cerita yang menggelitik nurani.
Semua terangkum dalam aksara yang penuh makna. Buku ini layak untuk dibaca bagi yang ingin menambah wawasan juga bagi yang ingin menunaikan ibadah Haji dan Umrah. Pun bagi siapa saja yang sudah menunaikannya sehingga dapat menjadi pembanding pengalaman.
Penulis secara detail menyampaikan dengan seksama setiap peristiwa yang menjadi pengalamannya. Aina adalah tokoh utama dalam buku tersebut. Tingkah dan polah Aina tergambar jelas pada setiap lembarnya. Banyak peristiwa yang dijumpai Aina menjadi i'tibar bahwa atas kuasa Allah semua terbimbing menuju ke Baitullah.
Pun sebaliknya apa yang terdetik di hati mahlukNya sangat jelas terdengar oleh sang Maha Sami'. Maka di sinilah letak balasan bagi siapa yang berbuat baik dan siapa yang menajamkan kejahatan di relung sukmanya.