Beberapa kali saya menuliskan tentang bagaimana sikap dan sifat siswa dengan minat belajar yang rendah.
Minat belajar yang rendah ternyata banyak faktor yang mendominasi mengapa siswa mempunyai kemampuan di bawah rata-rata.
Barja contohnya, dia terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ibunya yang single parent membiayai anak-anaknya dari tukang parkir di pasar. Barja dibesarkan dari lingkungan pasar yang bersifat konsumtif.
Keluarga kecilnya hanya tahu bekerja dan menerima upah untuk kemudian ditukar dengan kebutuhan pangan. Itu yang diketahui Barja sejak kecil.
Bagi dia bisa sekolah sampai SMP adalah sebuah cita-cita karena keempat saudaranya hanya menamatkan sekolah dasar.
Tak ada rumus belajar di lingkungan keluarganya, yang ada besuk bekerja di mana, dapat bayaran berapa, dan beli makan apa?
Entah berapa kali saya mengingatkan dan menasihati untuk belajar, namun hanya manis di bibirnya, kalimat "Nggih Bu" adalah jawaban pemanis yang dibuat Barja untuk mengelabuhi guru agar terlihat ta'dhim pada guru.
Toh pada kenyataannya tak ada kegiatan belajar di rumah, jika pun ada PR untuk dikerjakan, lebih baik tidak masuk sekolah.
Banyak alasan untuk tidak masuk, katanya ibunya sakit, kadang bantu ibu di rumah, kadang kakinya sakit, dan seribu macam alasan yang bisa masuk akal untuk di dimakluminya.
Dari ilustrasi di atas wajar jika Barja termasuk anak yang berkemampuan di bawah rata-rata, karena memang lingkungan keluarganya menjadi faktor yang memengaruhinya.