Judul diatas sebetulnya tidak ada relevansinya, bahkan juga tidak saling terkait. Mengapa? Karena Ramadhan adalah salah satu bulan suci bagi umat islam yang diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Bulan yang semua amal kebaikan kita dilipatgandakan, juga bulan maghfirah atau bulan ampunan.
Sedangkan minyak goreng adalah salah satu sembilan bahan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya. Minyak yang berbahan dasar kelapa sawit ini dapat digunakan untuk segala kebutuhan aneka masakan dan gorengan.
Dua kata yang yang berbeda arti dan fungsinya, namun menurut pandangan penulis saat ini menjadi saling terkait karena situasi dan kondisi.
Ramadhan adalah bulan spesial bagi umat Islam, menurut kaca mata saya sebagai orang awam dan juga Mak-Mak yang suka ngerumpi. Bulan ini menjadi terkait erat dengan minyak goreng yang saat ini harganya melangit karena setinggi langit.
Betapa tidak, ketika jam istirahat di sekolah, guru-guru juga ngerumpi masalah harga minyak, nanti ke pasar penjual dan pembeli juga heboh membicarakan harga minyak, ketika ngirim sarapan di sawah Mak-Mak tukang tandur juga ngegosip harga minyak.
Ujung-ujungnya mereka mengatakan, "Waduh pas puasa biasanya menyediakan jaminan untuk berbuka, la kok harga minyak malah mahal",
Saya hanya diam sambil nyengir, "Bu, tahu dan tempe dibakar saja, bandeng dipresto.
Temanku nyeletuk "La kalau krupuk gimana Bu, "
"Gampang, goreng aja pakai pasir, beres kan" jawabku di sambut tawa Mak-Mak di pasar.
Ilustrasi diatas selalu kita dengar setiap hari, kita para Mak-Mak tak banyak berharap. Karena harapan itu sudah enam bulan yang lalu saya sampaikan, "Semoga nanti pas bulan ramadlan minyak bisa turun harga".