Sejak pandemi melanda negeri tercinta ini, banyak sektor kelembagaan menjadi berhenti tanpa kompromi, tak ada yang patut disalahkan karena musibah menjadi takdir sang Ilahi.
Apapun yang terjadi jika Tuhan menghendaki, maka tidak ada yang dapat menghentikan. Demikian juga sebaliknya jika Tuhan telah menghentikan, tak ada seorangpun yang dapat menawarnya lagi. Maha suci Allah Tuhan yang Maka Kuasa atas segala alam raya.
Pandemi yang melanda selama dua tahun ini, menjadi pengalaman yang berharga bagi bangsa ini, tak terkecuali masyarakat yang menjadi objek dalam sistem pemerintahan, dalam dunia pendidikan, banyak hal yang tidak lazim tetapi harus dilaksanakan.
Contoh riil yang terjadi, pembelajaran tatap muka yang sudah puluhan abad dilakukankan, tiba-tiba harus dihentikan karena menghindari penyebaran covid.
Dua tahun pembelajaran secara daring mempunyai dampak yang signifikan, salah satunya rendahnya minat belajar sisiwa.
Peserta didik yang seharusnya beraktivitas dibimbing guru di sekolah, tiba-tiba harus belajar sendiri di rumah tanpa ada pengawasan baik dari orang tua maupun guru.
Jikalau terbimbing hanya sebagian kecil dari siswa yang kebetulan orang tuanya mempunyai kepedulian terhadap pendidikan anak.
Jika orang tua masa bodoh dengan pendidikan akan melakukan pembiaran dan acuh terhadap capaian yang diperoleh anak. Akibatnya anak akan malas belajar, ini salah satu dampak yang melanda calon generasi milenial bangsa ini, mereka bermanja dengan kemalasan.
Hal ini menjadi pengalaman penulis, setiap kali memberikan pertanyaan, mereka tidak bisa memberikan jawaban dengan benar,
Jika saya bertanya, "Anak-anak siapa yang tadi malam belajar?" Mereka pun diam saja.