Lihat ke Halaman Asli

Rupbasan JakartaBarat

Kementerian Hukum dan HAM RI

HARI HAM SEDUNIA KE-76 "Harmoni Dalam Keberagaman Menuju Indonesia Emas 2045

Diperbarui: 11 Desember 2024   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HumasKemenkumham

I. PENDAHULUAN

  • Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia ke-76, yang diperingati setiap tanggal 10 Desember, menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan komitmennya terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia. Dengan tema "Harmoni dalam Keberagaman: Menuju Indonesia Emas 2045," maka peringatan ini mengingatkan kita akan kekuatan keberagaman sebagai fondasi utama dalam mewujudkan visi besar Indonesia Emas---sebuah masa depan di mana bangsa Indonesia tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga unggul dalam nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keadilan sosial.
  • Sebagai negara dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan suku bangsa, dan beragam agama, Indonesia memiliki kekayaan budaya dan keberagaman yang luar biasa. Namun, keberagaman ini juga menjadi tantangan, terutama ketika intoleransi,
    diskriminasi, dan ketimpangan sosial masih sering terjadi. Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, membangun harmoni di tengah keberagaman adalah kunci utama untuk menciptakan bangsa yang inklusif, di mana setiap individu dihormati dan dilindungi hak-haknya tanpa memandang perbedaan.
  • Peringatan Hari HAM tahun ini menegaskan bahwa hak asasi manusia bukan hanya tentang kebebasan individu, tetapi juga tentang menciptakan ruang bersama yang aman dan harmonis bagi semua warga. Mengupayakan harmoni dalam keberagaman berarti melampaui toleransi; itu adalah upaya untuk membangun rasa saling memahami, menghargai, dan bekerja sama demi tujuan bersama. Dalam hal ini, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi contoh global, bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan zaman.
  • Menuju 2045, saat Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia, fondasi harmoni dalam keberagaman perlu diperkuat melalui kebijakan yang adil, pendidikan yang inklusif, dan budaya saling menghormati. HAM harus menjadi roh dari pembangunan nasional, memastikan bahwa tidak ada kelompok yang tertinggal, tidak ada suara yang diabaikan, dan tidak ada individu yang merasa terpinggirkan.
  • Peringatan ini juga menjadi ajakan untuk bertindak. Sebagai masyarakat yang hidup di tengah pluralitas, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga nilai- nilai kebhinekaan. Langkah kecil, seperti menghindari prasangka, menghormati perbedaan, dan mendukung dialog antarbudaya, adalah bagian dari upaya besar untuk menciptakan Indonesia yang lebih adil dan damai.
  • Dengan semangat Hari HAM Sedunia ke-76, mari kita satukan langkah dalam membangun harmoni di tengah keberagaman. Bersama-sama, kita bisa mewujudkan Indonesia yang tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga menjadi rumah bagi keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan, menuju visi besar Indonesia Emas 2045.

II. LANDASAN TEORI

  • Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang melekat pada setiap individu sejak lahir, tanpa memandang latar belakang, etnis, agama, atau status sosial. Menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1948, setiap manusia memiliki hak atas kehidupan, kebebasan, dan keamanan (Pasal 3). HAM juga mengakui hak untuk bebas dari diskriminasi (Pasal 2), serta hak untuk hidup dalam kebebasan berpendapat, beragama, dan berkeyakinan (Pasal 18-19).
  • Dalam konteks keberagaman Indonesia, penghormatan terhadap HAM menjadi penting untuk menciptakan harmoni. Harmoni hanya dapat terwujud jika setiap individu merasa hak-haknya dihormati dan tidak ada kelompok yang terpinggirkan atau dirugikan.
  • Dalam teori sosial, keberagaman dianggap sebagai aset sosial yang memperkaya sebuah komunitas. Emile Durkheim, seorang sosiolog klasik, mengemukakan konsep solidaritas organik yang terjadi dalam masyarakat majemuk. Menurutnya, harmoni dapat tercapai jika keberagaman diterima sebagai sesuatu yang saling melengkapi, bukan memecah belah. Dalam masyarakat
    modern seperti Indonesia, solidaritas ini penting untuk menciptakan stabilitas sosial di tengah pluralitas budaya, agama, dan etnis.
  • Harmoni juga dapat dilihat melalui teori contact hypothesis dari Gordon Allport (1954), yang menyatakan bahwa interaksi positif antarindividu atau kelompok dengan latar belakang yang berbeda dapat mengurangi prasangka dan meningkatkan rasa saling menghormati. Dalam konteks Indonesia, interaksi yang berlandaskan nilai-nilai HAM dapat menjadi langkah strategis untuk memperkuat harmoni di tengah keberagaman.
  • Sebagai dasar negara, Pancasila memberikan landasan yang kuat untuk menciptakan harmoni dalam keberagaman. Sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa," mengakui kebebasan beragama sebagai hak dasar. Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," menggarisbawahi pentingnya solidaritas dalam pluralitas. Sementara itu, sila kelima, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," menegaskan perlunya menciptakan keadilan bagi semua kelompok tanpa diskriminasi.
  • Dalam kaitannya dengan visi Indonesia Emas 2045, Pancasila dapat menjadi panduan etis untuk membangun masyarakat yang inklusif, di mana keberagaman dianggap sebagai kekuatan untuk menghadapi tantangan global. Harmoni dalam keberagaman juga memiliki relevansi dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Menurut Agenda 2030 for Sustainable Development yang disahkan oleh PBB, pembangunan harus mencakup prinsip no one left behind (tidak ada yang tertinggal). Ini berarti keberagaman tidak hanya dihormati, tetapi juga diberdayakan sebagai bagian dari strategi pembangunan.
  • Dalam visi Indonesia Emas 2045, keberagaman menjadi elemen kunci untuk menciptakan masyarakat yang maju secara ekonomi, tetapi juga adil dan berkelanjutan secara sosial. Dengan menjadikan harmoni sebagai pilar pembangunan, Indonesia dapat memanfaatkan keberagaman sebagai kekuatan untuk memperkuat daya saing global.
  • Dalam konteks teoritis, humanisasi HAM berarti membawa nilai-nilai HAM ke dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini berkaitan dengan pendekatan Paulo Freire tentang humanization, yang menekankan bahwa manusia hanya bisa hidup bermartabat jika mereka mampu memperlakukan satu sama lain dengan penghormatan dan empati. Dalam praktiknya, humanisasi berarti memastikan bahwa nilai-nilai HAM, seperti keadilan, kebebasan, dan kesetaraan, diterapkan tidak hanya dalam kebijakan, tetapi juga dalam tindakan sehari-hari masyarakat.
  • Dengan landasan teoritis ini, jelas bahwa harmoni dalam keberagaman bukan hanya gagasan moral, tetapi juga memiliki dasar akademis yang kuat. Penerapannya akan membantu Indonesia tidak hanya menjaga persatuan, tetapi juga melangkah lebih percaya diri menuju visi besar Indonesia Emas 2045.


III. PEMBAHASAN

3.1. Potret keberagaman di Indonesia

  • Indonesia adalah negara dengan keberagaman yang luar biasa, baik dalam aspek budaya, agama, suku, maupun bahasa. Keberagaman ini menjadi ciri khas yang membedakan Indonesia dari negara lain, sekaligus menjadi aset nasional yang penting. Namun, di balik kekayaan tersebut, terdapat tantangan besar dalam menjaga harmoni di tengah pluralitas.
    Berikut adalah penjabaran tentang keberagaman Indonesia:
    1. Keberagaman Budaya

Indonesia memiliki lebih dari 1.300 kelompok etnis, masing-masing dengan tradisi, seni, dan adat istiadat yang unik. Contohnya, seni tari tradisional seperti Tari Pendet dari Bali, Tari Saman dari Aceh, dan Reog Ponorogo dari Jawa Timur mencerminkan kekayaan budaya lokal yang berbeda-beda. Di sisi lain, tradisi seperti upacara adat Ngaben di Bali atau Seren Taun di Sunda menunjukkan betapa eratnya budaya dengan kepercayaan dan cara hidup masyarakat.

2. Keberagaman Agama 

Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama, dan saat ini terdapat enam agama yang diakui secara resmi: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Namun, keberagaman agama ini bukan tanpa tantangan. Perbedaan tafsir dan praktik keagamaan terkadang menjadi sumber konflik, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga toleransi dan saling menghormati.

3. Keberagaman Suku dan Bahasa

Dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki 700 lebih bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat setempat. Misalnya, Bahasa Jawa, Sunda, dan Bugis menjadi simbol identitas etnis yang kuat di berbagai daerah. Namun, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah berhasil menjadi alat pemersatu bangsa, meskipun tantangan untuk melestarikan bahasa daerah tetap ada.

4. Keberagaman dalam Kehidupan Sehari-hari

Keberagaman ini tidak hanya terlihat dalam adat dan budaya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Misalnya, dalam tradisi kuliner, makanan seperti soto Betawi, empek-empek, gudeg, bakso, rendang, papeda, dan coto Makassar mencerminkan ciri khas daerah masing-masing. Dalam praktik keagamaan, masyarakat sering menunjukkan toleransi melalui tradisi seperti gotong royong lintas agama atau perayaan bersama hari besar keagamaan.

5. Keberagaman sebagai Kekuatan dan Tantangan

Keberagaman Indonesia adalah kekuatan yang dapat memperkaya kehidupan masyarakat dan mendukung diplomasi budaya di kancah internasional. Namun, keberagaman juga sering menjadi sumber konflik jika tidak dikelola dengan baik. Masalah seperti diskriminasi, marginalisasi kelompok tertentu, dan konflik antaragama atau antarsuku menunjukkan pentingnya pengelolaan keberagaman yang berbasis pada nilai-nilai hak asasi manusia.

6. Konflik dan Kerentanan Keberagaman

Sejarah Indonesia mencatat beberapa konflik horizontal yang dipicu oleh perbedaan identitas, seperti kerusuhan etnis di Kalimantan Barat dan konflik agama di Maluku pada akhir 1990-an. Hingga saat ini, ancaman intoleransi, hoaks, dan ujaran kebencian terus menjadi tantangan serius bagi harmoni keberagaman. Oleh karena itu, langkah preventif seperti dialog antarbudaya, penguatan hukum, dan pendidikan multikultural sangat diperlukan untuk menjaga kesatuan bangsa. Potret keberagaman Indonesia menggambarkan kekayaan yang tak ternilai, tetapi sekaligus menuntut tanggung jawab besar untuk memeliharanya. Keberagaman harus dikelola secara bijaksana melalui pendekatan inklusif yang mengutamakan persatuan tanpa menghilangkan identitas unik setiap kelompok. Dengan harmoni yang terjaga, keberagaman dapat menjadi pilar utama untuk mendukung visi besar Indonesia Emas 2045.

3.2. Peran HAM Dalam Keberagaman

  • Hak Asasi Manusia (HAM) memiliki peran yang fundamental dalam menciptakan harmoni di tengah keberagaman, terutama dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Sebagai nilai universal yang menghormati martabat dan hak individu tanpa memandang latar belakang, HAM menjadi landasan utama dalam memastikan kehidupan yang adil dan setara bagi semua orang. Dalam konteks keberagaman, HAM berfungsi untuk menjamin bahwa tidak ada individu atau kelompok yang merasa terpinggirkan atau dirugikan hanya karena perbedaan etnis, agama, budaya, atau identitas lainnya.
  • HAM menjamin kesetaraan bagi semua orang, memberikan perlindungan terhadap diskriminasi, dan mendorong rasa keadilan di tengah masyarakat. Ketika setiap individu diperlakukan sama dan diberi peluang yang setara, konflik berbasis perbedaan dapat diminimalkan. Misalnya, HAM melindungi hak kelompok minoritas untuk menjalankan tradisi dan kepercayaannya tanpa rasa takut. Dengan menjunjung kebebasan ini, keberagaman tidak lagi menjadi sumber ketegangan, tetapi justru menjadi aset yang memperkaya kehidupan bermasyarakat.
  • Selain itu, HAM juga memainkan peran penting dalam mendorong inklusi sosial. Setiap individu memiliki hak untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan layanan publik. Dalam masyarakat yang menghormati HAM, tidak ada satu pun kelompok yang tertinggal, termasuk mereka
    yang sering dianggap rentan seperti penyandang disabilitas, masyarakat adat, atau perempuan. Partisipasi yang inklusif ini menciptakan rasa memiliki di antara semua elemen masyarakat, sehingga memperkuat persatuan di tengah perbedaan.
  • Dalam hal penyelesaian konflik, HAM menjadi pedoman utama untuk mencegah ketidakadilan yang sering memicu pertentangan. Prinsip-prinsip HAM seperti keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap martabat manusia menjadi dasar dalam menyelesaikan perselisihan dengan cara damai. Pendekatan berbasis HAM, seperti dialog antarbudaya atau mediasi berbasis keadilan, mampu meredam konflik yang sering muncul akibat kesalahpahaman atau ketegangan identitas.
  • Lebih dari itu, HAM membantu membangun identitas kebangsaan yang inklusif. Dalam konteks Indonesia, HAM mendukung terciptanya kebersamaan di tengah perbedaan. Dengan menghormati hak-hak individu maupun kelompok, HAM mendorong masyarakat untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan bersama, bukan ancaman. Pada akhirnya, dengan menegakkan HAM secara konsisten, harmoni dalam keberagaman dapat terwujud, menciptakan landasan yang kokoh untuk mewujudkan cita-cita besar Indonesia Emas 2045.

3.3. Tantangan Dan Strategi Menciptakan Harmoni Dalam Keberagaman

  • Menciptakan harmoni dalam keberagaman di Indonesia bukanlah tugas yang mudah, mengingat tantangan yang dihadapi cukup kompleks. Keberagaman yang ada, meskipun merupakan aset besar bagi bangsa, sering kali menjadi sumber ketegangan dan konflik jika tidak dikelola dengan bijak. Salah satu tantangan utama adalah adanya diskriminasi dan marginalisasi terhadap kelompok-kelompok tertentu, baik berdasarkan agama, etnis, ataupun gender. Misalnya, di beberapa daerah, ketegangan antara kelompok agama atau suku masih terjadi, baik dalam bentuk konflik fisik maupun diskriminasi sosial yang merugikan kelompok tertentu. Selain itu, adanya kesenjangan sosial dan ekonomi juga menjadi faktor pemicu ketidakpuasan yang berpotensi memperburuk hubungan antar kelompok yang berbeda.
  • Selain itu, kemajuan teknologi informasi, meskipun membawa dampak positif dalam memajukan komunikasi, juga telah menciptakan tantangan baru dalam menjaga harmoni. Penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan informasi yang menyesatkan seringkali membuat ketegangan antar kelompok semakin meningkat. Media sosial, meskipun menjadi alat untuk berkomunikasi, sering kali menjadi sarana penyebaran konten yang memicu perpecahan dan intoleransi. Perbedaan pandangan dan persepsi yang ada di dunia maya sering kali mempengaruhi sikap dan tindakan di dunia nyata, menciptakan ketidakpercayaan dan permusuhan di antara masyarakat.
  • Namun, meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, ada berbagai strategi yang dapat diterapkan untuk menciptakan harmoni dalam keberagaman. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai inklusif dan toleransi. Pendidikan multikultural yang mengajarkan pentingnya saling menghormati antar budaya, agama, dan suku bangsa sangat diperlukan untuk membentuk generasi masa depan yang lebih terbuka dan memahami perbedaan. Selain itu, kurikulum pendidikan yang mengedepankan toleransi dan nilai-nilai Pancasila dapat membantu membentuk sikap positif terhadap keberagaman sejak usia dini.
  • Strategi lain yang tak kalah penting adalah memperkuat dialog antar kelompok. Dialog yang terbuka dan konstruktif antara berbagai kelompok agama, suku, dan budaya dapat membantu mengurangi prasangka dan meningkatkan pemahaman serta pengertian. Pemerintah dan masyarakat harus mendorong terciptanya ruang-ruang diskusi yang
    aman dan inklusif, di mana perbedaan pandangan dapat dibahas dengan kepala dingin tanpa mengarah pada konflik. Dialog ini tidak hanya berlaku di tingkat elit politik, tetapi juga di tingkat akar rumput, di mana masyarakat dapat saling bertukar pengalaman dan belajar dari satu sama lain.
  • Selain itu, penting untuk memperkuat penegakan hukum terhadap diskriminasi dan kekerasan yang didasarkan pada perbedaan identitas. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus memastikan bahwa setiap tindakan diskriminasi atau kekerasan yang terjadi akibat perbedaan agama, ras, atau suku dapat ditindak dengan tegas. Melalui penegakan hukum yang adil dan merata, masyarakat akan merasa bahwa hak mereka dilindungi, dan ini dapat meningkatkan rasa aman dan kepercayaan antar kelompok.
  • Dalam konteks globalisasi, penting pula untuk mengedepankan penguatan nilai-nilai kebangsaan yang mencakup seluruh elemen masyarakat. Nilai-nilai Pancasila, yang menekankan pada persatuan dan kesatuan dalam keberagaman, harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif, di mana keberagaman dianggap sebagai kekuatan, bukan ancaman. Dalam hal ini, peran media juga sangat penting untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang keberagaman dan pentingnya menjaga harmoni dalam perbedaan.
  • Secara keseluruhan, meskipun tantangan dalam menciptakan harmoni keberagaman di Indonesia cukup besar, dengan adanya pendidikan yang tepat, dialog yang terbuka, penegakan hukum yang adil, dan penguatan nilai kebangsaan, harmoni dalam keberagaman bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Dengan bersama-sama menghadapinya, Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif, toleran, dan siap menyongsong masa depan yang lebih baik.

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

  • Dari pembahasan kita dapat menyimpulkan bahwa menciptakan harmoni dalam keberagaman di Indonesia membutuhkan upaya bersama yang terintegrasi antara pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa. Keberagaman yang dimiliki Indonesia, baik dari segi budaya, agama, suku, dan bahasa, harus dipandang sebagai aset berharga yang memperkaya kehidupan bangsa. Meskipun keberagaman ini membawa tantangan tersendiri, seperti diskriminasi dan ketegangan antar kelompok, jika dikelola dengan bijaksana, keberagaman ini dapat menjadi kekuatan yang mempererat persatuan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) dan Pancasila harus menjadi pijakan utama dalam membangun harmoni di tengah perbedaan.
  • Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai inklusif dan toleransi memegang peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang saling menghargai. Generasi muda harus diajarkan untuk memahami bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekayaan yang perlu dirayakan. Selain itu, dialog antar kelompok yang terbuka dan berbasis pada rasa saling pengertian dapat menjadi sarana efektif untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi bersama. Pemerintah juga harus berperan aktif dalam mengatur kebijakan yang mendukung keadilan sosial, memastikan bahwa setiap individu dapat hidup dengan aman, tanpa diskriminasi berdasarkan agama, ras, atau suku.
  • Melalui langkah-langkah tersebut, Indonesia dapat mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, di mana masyarakat yang adil, sejahtera, dan penuh toleransi terwujud. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, dengan komitmen terhadap nilai-nilai keberagaman dan HAM, Indonesia dapat menciptakan bangsa yang damai dan harmonis. Keberagaman, yang selama ini sering dianggap sebagai sumber konflik, harus dipandang sebagai sumber kekuatan yang mempersatukan, menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang lebih kuat dan maju dalam menghadapi tantangan global.

4.2. SARAN

  • Pertama, pemerintah perlu memperkuat kebijakan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai inklusivitas dan toleransi. Kurikulum pendidikan di semua jenjang harus memasukkan materi tentang keberagaman, hak asasi manusia, dan pentingnya saling menghargai antar kelompok. Program-program yang mengajarkan pengertian tentang perbedaan agama, suku, dan budaya harus diperluas dan dipertegas, agar generasi muda dapat tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik tentang keragaman bangsa ini. Selain itu, pendidikan formal dan non-formal dapat bekerja sama untuk
    menanamkan sikap saling menghargai sejak dini.
  • Kedua, penting untuk memperkuat peran media dalam membangun kesadaran tentang keberagaman dan harmoni sosial. Media, baik mainstream maupun sosial, harus dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan positif yang mendukung toleransi, kedamaian, dan persatuan. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat bekerja sama untuk memberikan pelatihan kepada jurnalis dan pengelola media sosial dalam menyaring informasi yang dapat memicu perpecahan atau kebencian. Media juga harus memainkan peran penting dalam menyuarakan keberagaman sebagai kekuatan bangsa dan bukan sebagai pemicu konflik.
  • Ketiga, pemerintah dan masyarakat harus memperkuat dialog antar kelompok untuk meredakan ketegangan yang mungkin timbul akibat perbedaan. Forum-dialog terbuka di tingkat lokal, regional, dan nasional harus diperbanyak, melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemimpin agama, tokoh adat, akademisi, hingga kelompok pemuda. Dengan adanya ruang-ruang dialog ini, masyarakat dapat saling memahami pandangan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh kelompok lain, yang pada gilirannya akan memperkecil potensi konflik. Di samping itu, penting untuk terus memperkuat penegakan hukum terhadap segala bentuk diskriminasi, ujaran kebencian, dan kekerasan yang berbasis pada perbedaan agama, ras, atau suku.
  • Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, inklusif, dan toleran, sekaligus mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, di mana keberagaman menjadi sumber kekuatan untuk memperkuat persatuan dan kemajuan bangsa,

R. ANDIKA DWI PRASETYA
Plt. DEPUTI BIDANG KOORDINASI HAK ASASI MANUSIA


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline