Lihat ke Halaman Asli

Runi

Karyawan Swasta

Pengalaman Naik Jaklingko, Busway, dan Commuterline di Jakarta

Diperbarui: 11 Agustus 2022   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jakarta, benar-benar tempat ku dilahirkan, berbeda pada masa ku kecil, kini masyarakatnya hampir tidak bersahabat. Lalu lintas yang kian semrawut, macet bukan hanya bisa dijumpai di jalan besar, tapi di jalan perkampungan pun sering terjadi macet hingga menimbulkan stress bagi yang melaluinya.

Bukan pemerintahnya yang tidak mengurusi masalah lalu lintas ini. Tapi lagi-lagi masyarakatnya yang tidak menghargai fasilitas yang sudah diberikan. Sebenarnya Jakarta sudah memiliki transportasi umum yang cukup baik dan sudah terhubung dengan semua wilayah di Jakarta sampai ke pemukiman masyarakat yang terpencil. 

Bahkan Jakarta memiliki transportasi umum tidak berbayar (tarif "0") bernama Jaklingko yang sudah disiapkan untuk menjangkau pemukiman padat penduduk.

Hanya saja memang transportasi umum ini agak tidak nyaman karena berbagai alasan sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih tetap menggunakan kendaraan pribadi yang sudah dipastikan menambah kemacetan lalu lintas. 

Sebagai contohnya saja saya yang masih sering menggunakan transportasi umum untuk menjangkau kantor atau pun tempat lainnya di Jakarta, saya seringkali menggunakan Jaklingko, busway dan commuterline sebagai transportasi umum utama untuk bepergian. 

Tapi akhir-akhir ini saya merasakan kenyamanan yang berkurang saat menggunakan transportasi tersebut khususnya Jaklingko dan busway. 

Saya sering menemukan sesama pengguna transportasi yang duduk seakan-akan dalam mobil pribadi, sehingga bisa angkat kaki atau meletakan tas/ peralatannya ditempat duduk yang harusnya bisa dibagi dengan penumpang lain.

Pengalaman saya yang belum lama terjadi, saya pernah naik Jaklingko dengan penumpang yang belum terlalu ramai (dari kapasitas kursi belakang berjumlah 9 penumpang, baru terisi 6 penumpang dengan saya menjadi 7),  karena kebetulan Jaklingko itu akan segera berangkat, jadi saya segera masuk kedalamnya. 

Tapi saat saya akan duduk, semua penumpang tidak bergeming untuk memberikan tempat duduk pada saya walaupun saya sudah berkata sopan dan bilang permisi. Akhirnya saya duduk di pinggiran tempat duduk. 

Sampai jaklingko itu jalan agak jauh, penumpang dalam jaklingko masih duduk santai melebarkan kaki-kaki mereka, di depan saya bahkan ada sepasang suami istri yang mengangkat kakinya duduk dengan santai dan menaruh barangnya diatas tempat duduk.

Karena jengkel, akhinya saya pun dengan sengaja memundurkan badan saya dan membuka lebar kedua kaki saya untuk mempersilakan diri saya sendiri untuk duduk ditempat duduk dengan layak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline