Lihat ke Halaman Asli

Penyembah Belatung Gigi

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adalah penyembah gigi yang sakit.

Karena sakit, aku jadi penyembah di kala sehat ku abaikan. Aku bebas.

Tapi kau harus bertanggung jawab! Karena gigiku menangis tercerai berai..

Apa aku didakwa seperti bakteri dan belatung gigi?

Kau seperti belatung hitam jahat. Gerogoti tiap lapis, menunggu busuk. BANGSAT!

Aku hanya lapar, itu saja. Kau seharusnya memujiku. Di kala sakit itu menderu, rohku hadir menjamah tiap lapisan. Busuk adalah aromaku, wewangian setajam rindu dupa.

Padahal sesajen telah kusaji setiap malam, tapi kau tetap saja menjamah tubuhku. Tak peduli rupa tampan roh-mu. Aku terusik! Enyah kau!

Sesajenmu tamu muslihat berjeda. Tak kuterima jika itu hatimu dan semakin kau kuusik. Maka, gemukkanlah aku.

Persembahanku padamu telah terlampau batas. Aku bukan kaum marjinal yang seenaknya bisa kau kentuti.

Munafik! Kau membunuhku!

Membunuhmu? Kau pikir siapa yang menjamah tubuhku sampai tinggal tulang belulang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline