"Aku lagi kesal sebenarnya, wanita itu sangat cemburu padaku. Padahal bukan aku yang menggoda suaminya. Jelas-jelas suaminya yang genit. Selalu mengajakku kencan tiap sore,"kataku pada Strik sahabatku. "Sudah jangan marah apalagi bersedih. Yang kau alami belum seberapa. Aku malah disekap oleh Nyonya selama seminggu dalam kamar barang bekas. Baunya luar biasa Back," balas Strik. Nyonya memang tidak bersahabat pada kami.
Hari ini sakit hatiku makin menjadi. Badanku diinjak dengan kasar oleh Nyonya. "Mungkin uang belanja dari Tuan berkurang karena dipakai untuk kencan denganku. Atau karena kerepotan mengurus lima anak mereka yang masih kecil-kecil. Ah sudahlah, kucoba bersabar. Yang penting aku masih bisa kencan dengan Tuan,"kataku menghibur diri. Cara Tuan mencintaiku sungguh membuatku serasa terbang ke langit ketujuh.
Pagi ini semua berbeda. Tuan meletakkan aku dan Strik dalam sebuah kotak besi. Tempat yang sangat sempit buat kami. Terselip sebuah surat yang berbunyi: aku tak akan bermain bola lagi. Wajah Tuan tampak sedih penuh penyesalan. Ada bendera kuning di depan rumah. Nyonya terbujur kaku dalam peti mati. Bisik-bisik tetangga yang melayat, Nyonya terjatuh di kamar mandi dalam posisi sedang mencuci kain dan piring.
Kota Industri, 21 Desember 2021 (08.30 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H