Lihat ke Halaman Asli

Musim Ramadhan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lalu,
Kembali lagi aku
menjadi kayu.
Atas
pertempuran-pertempuran,


Lagi-lagi,
Setelah
pertempuran-pertempuran,
Aku haus menjadi air mata.
Ketika kesepian yang ngilu,
Aku menangis dari kesendirian yang panjang,
Meminum bergelas-gelas penderitaan yang
baru,

Dan,
Pertempuran-pertempuran itu

Setelah berwindu musim bertukaran
dan Ketika ranjang
pengantin kita terbakar, tiba-tiba, malam itu,
Aku teringat:
Tentangku sebuah musim masa kecil...

Suatu malam,
Lalu,
Setelah bosan akan
pertempuran-pertempuran,
Kulayarkan perahu...

Lalu,
Aku tidak pernah
merindukan musim bersamamu.

Aku hidup bersama musim ramadhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline