Lihat ke Halaman Asli

Ruminto

Back to Nature

Umroh: Sisi Lain (Tamat)

Diperbarui: 8 Juli 2024   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riyad; remaja dengan kostum remaja-nya dan main hape  ( dok.Pribadi )

Setelah seminggu tinggal di Arab, di Madinah dan di Mekkah, ada sedikit tergambar kehidupan di Arab. Karena ini hanya kesan pribadi penulis, bisa benar tapi bisa juga tidak pas atau sedikit salah persepsi.

Jalan raya " tanpa manusia " ?

     Tempat atau jalanan yang ramai dengan manusia yang lalu lalang, hanya disekitar masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Haram di Mekkah. Tapi ibarat kita baru melangkah menjauh beberapa langkah saja dari kedua tempat tersebut,kita akan menjumpai jalan tanpa manusia lalu lalang. Ada mobil atau kendaraan berat, tapi taka ada manusia jalan melintas.

     Jangankan manusia, sepeda motor juga tak ada yang lewat, terlebih lagi sepeda onthel. Jadi jalan disini hanya untuk mobil pribadi, kendarfaan besar seperti bus dan kendaraat berat semacam trukk dan dumtruk. Itu kesan saya ketika melalui jalan-jalan di Arab Saudi.

     Pagi hari kalau ditempat kita, ramai dengan anak-anak pergi kesekolah, entah itu jalan kaki, naik sepeda atau naik motor. Disini kita tidak akan pernah melihat pemandangan seperti itu. Pagi hari kalau ditempat kita, ada pedagang sayur bawa dagangan memakai motor atau sepeda, orang ramai pergi kepasar, penjual makanan buka lapak ditepi jalan, tapi disini jangan harap akan menjumpai pemandangan seperti itu

     Saat kulihat ada gedung atau kantor ditepi jalan pun taak ada manusia diluar yang kebetulan keluar masuk, atau jalan melintzas dihalamaan dari unit tempat yang satu ke unit tempat yang lain misalnya, tak ada !. Toko pun begitu. Yang nampak hanya mobil parkir dihalaman. Disini manusia benar-benar hidden.

Maklumat berbahasa Indonesia

     Seperti yang sudah pernah kami singgung sebelumnya, di samping masjid Uhud, ada lokasi makam yang luas dan berpagar. Yang menarik atau sedikit mencuri perhatian, disitu ada berdiri papan pengumuman yang besar tentang tata cara ziarah kubur " yang benar ".. Maklumat berisi tata tertib ziarah kibur itu, ditulis dalam tiga bahasa. Dan salah satunya adalah Bahasa Indonesia. Kok bisa, apa istimewanya ?

     Selain Bahasa Indonesia, dua yang lainnya adalah Bahasa Arab itu sendiri dan satunya lagi entah bahasa apa, tapi yang jelas bukan Bahasa Inggris. Dugaan saya mungkin bahasa Parsi. Tentang mengapa Bahasa kita dipakai juga disitu ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama. Orang Indonesia tergolong penziarah yang besar jumlahnya, maka wajar bila digunakan bahas Indonesia juga. Kemungkinan kedua, ini " oto kritik " orang Indonesia, kalau ziarah unsur mistiknya tinggi, yaitu " ngalap berkah " pada kuburan, misalnya salah satunya dengan mengambil segenggam tanah kuburan untuk dibawa pulang. Buktinya disitu ada larangan hal seperti itu ( Ingat,Arab Saudi paham resminya adalah Wahabi, yang melarang keras praktek kultus ziarah kubur seperti itu )

Ini baru beda !

     Dalam perjalanan pulang, saat kami memasuki Riyad sebelum sampai ke bandara King Abdul Aziz, kami berhenti istirahat disebuah " pasar " kecil. Ada sebuah supermarket. Petugasnya bisa berbahasa Indonesia. Transaksinya juga dengan uang rupiyah. Tempat itu rupanya dijadikan tempat singgah bagi jama'ah dari Indonesia, terbukti ada datang pergi bus rombongan  yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline