Lihat ke Halaman Asli

Ruminto

Back to Nature

Umroh: Perjalanan Jauh (3)

Diperbarui: 18 Mei 2024   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

saat transit di Kuala Lumpur (dok. pribadi)

Di bandara Kuala Lumpur, setelah melakukan pemeriksaan di bagian imigrasi, lalu kami melewati pintu pemindai, sebelum akhirnyaa tiba ditempat transit kereta listrik untuk dibawa menuju keterminal  pemberangkatan. Jauh juga jaraknya, dengan rute perjalanan didalam bandara itu yang setengah melingkar.

Pesawat Umrah

     Yang kami naiki, adalah pesawat Malaysia Airlines juga. Tapi ukurannya lebih besar Ada tiga deret kursi ; lajur tengah memuat deret tiga kurssi, laju kiri dan kanan masing-masing memuat dua deret kursi. Jadi ada dua lorong tempat  pramugari lewat lalu Lalang atau penumpang yang kadang memerlukan pargi ke toilet.

     Begitu kami masuk kedalam kabin pesawat, suasana umroh sudah mulai terasa atau tercipta. Alunan talbiyah; " labbaik allohumma laka labbaik ...." terus bergema melalui speaker di pesawat.. Pramugarinya juga berpakaian muslim. Ini memang pesawat umroh; dimana semua penumpangmya memang jama'ah  yang akan melakukan ibadah  umroh.

     Sebelum berangkat juga dibacakan dan do'a bersama-sama do'a akan bepergian dan do'a naik kendaraan. Kami disambut dengan ucapan selamat datang dan juga diperkenalkan pulaa nama pilot dan copilotnya, sera jumlah crewnya, berikuut ucapan  terimakasih atas kepercayaannya menggunakan pesawat MA, dan terakhir kami dido'akan semoga mabrur.

     Karena ini perjalanan panjang, ketika menjumpai waktu shalat, kami diberitahu dan adzan juga kemudian dikumandangkan. Tata cara wudhu dipesawat juga diterangkan. Kami sudah dibekali satu set keperluan beribadah; ada botol kecil mirip botol parfum untuk berwudhu, ada sajadah ( untuk dipakai nanti saat di darat tentunya ) dan tasbih digital jadi makenya dipencet-pencet, serta masker. Tata cara wudhu dan shalat dalam pesawat juga ditayangkan di layar monitor yang terpampang di depan dan juga dilayar monitor yang terpasang didepan penumpang masing-masing. Bila wudhu ala pesawat bukan pilihannya karena mungkin kurang sreg, bisa juga bertayamum saja. Aku juga pilih tayamum yang sudah lazim.

Sembilan Jam

     Ketika kami masuk dan menempati tempat duduk, di tiap-tiap tempat duduk sudah disediakan; selimut, headset, dan tas kecil berisi perlengkapan ibadah itu tadi. Seperti biasa, sebelum terbang standar prosedur keamanan bagi para penumpang di jelaskan, mulai dari cara memasang sabuk pengaman sampai bila terjadi hal-hal darurat. Walaupun bukan bermaksud untuk menakut-nakuti, semua hal-hal yang berkaitan dengan keadaan darurat dijelaskan dilayar monitor, termasuk bila pesawat jatuh ke laut misalnya. Ah ... jadi sempat tebayang yang enggak-enggak , tapi segera kutepis dan berdo' serta tawakkal saja pada sang pencipta.

     Sebelum terbang juga diumumkan bahwa penerbangan ini akan memakan waktu Sembilan jam, jadi nanti akan sampai di Madinah jam sekian. Hidangan makan malam segera akan dihidangkan setelah pesawat sudah terbang daan akan dihidangkan lagi nanti dua jam sebelum pesawat mendarat. Dan selama penerbangan, layer monitor di depan juga terus memantau gerak perjalanan pesawat ini, jadi penumpang tahu, kita sudah sampai dimana ? Dan dari tayangan dilayar monitor, kami tahu sebagaian besar panjang jarak perjalanan ditempuh di atas laut. Dan kami juga tahu,ketika menjumpai cuaca yang berawan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan di pesawat, yaitu saat melintas diatas sebagian negara India.

     Sembilan jam tentu bukanlah waktu yang pendek. Terlebih lagi di dalam peswat. Tak banyak yang bias kita perbuat dan tak banyak pula yang bisa kita lihat. Kalaupun kita bisa ngintip mandang keluar, kosong saja ! ( Bersambung )

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline