ARTIS dipinang parpol. Jadilah artis itu nyaleg. Fenomena itu pernah ramai, banyak artis dipinang oleh parpol untuk maju nyaleg. Sekarangpun masih ada, hanya tidak sehiruk pikuk dahulu. Persoalannya sekkarang adalah; masih adakah daya tarik artis yang dipajang parpol untuk merebut " kursi pileg ? "
Pemanis Golkar
KAPAN sih artis ramai -- ramai mulai " mengendus -endus " ruang parpol ? Kapan lagi kalau bukan jamannya Golkar berkuasa. Terumatama mulai tahun delapanpuluhan awal ( pemilu 82 ). Sebelum tahun itu, masih sepi, bahkan tabu, artis dekat-dekat dengan dunia politk praktis. Karena memang pintu belum dibuka atau tidak dibuka oleh sang penguasa negara.
Saat itu artis memang belum ada tempat duduk dilembaga legislatif. Sistem pemilihannya juga belum seperti sekarang. Dulu yang dicblos gambar, siapa yang terpilih dibalik gambar, partai yang menentukan bersama restu sang penguasa. Saat itu, biar gambarnya menang, saat kampanye yang dengan model mengerahkan masa secara terbuka, dipsasanglah artis sebagai pemanis penarik massa.
Dan saat itu yang kuasa melakukan itu ya Golkar, sebagai penguasa ( pemenang ) tunggal, dalam setiap pemilu. Sebab golkar identik dengan penguasa. Identik dengan pemerintah. Bila artis tidak mau masuk wadah yang disediakan Golkar, bisa susah dan bermasalah. Misalnya, di blaclist samaTVRI. Padahal satu - satunya lembaga siar bergambar hanya TVRI , atau ijin untuk show dipersulit dengan alasan keamanan.
Dan saat itu artis yang berani melawan arus ya si Raja Dangdut Oma Irama. Dia dengan sadar memilih berada di parpol bukan underbow Pemerintah, yaitu PPP ( Partai Persatuan Pembangunan ) yang saat masih sangat kuat warna keislamannya, dan tinggi animo masyarakat, sehingga merupakan ancaman bagi Golkar. Dan sebagai konsekwensinya, Oma Irama tak bisa tampil di TVRI.
Berebut Pinangan
SETELAH era reformasi, sistem pemilihan dirubah, bukan lagi memilih gambar, tapi memilih langsung orang yang dijagokan oleh parpol. Mulai saat iu, banyaklah parpol dan artis main mata lirik-lirikan. Banyaklah parpol berebut meminang artis untuk dicalegkan dalam pileg. Karena bebas, diaspora artis di parpol pun terjadi. Tak ada gamang, tak ada takut lgi untuk berada diluar Golkar.
Walaupun demikian, fenomena banyaknya artis nyaleg karena ramainya pinangan dari parpol, boleh dibilang fungsi dasarnya masih sama, sebagai daya tarik massa. Halo efeck keartisan. Hanya saja sekarang mereka bisa masuk kelingkaran kekuasaan poloitik sebagai anggauta legislatif. Soal nanti akan duduk dikomisi mana, itu urusan belakang, parpol biasa bagi-bagi jatah kedudukan dan pemerintah juga biasa bagi-bagi kursi sesama parpol pendukung koalisi.
Pada masa-masa awal peralihan sistem pemilihan seperti itu, boleh jadi pemasangan artis sebagai daya tarik bagi pemilih, mungkin masaih ( agak ) efektif. Artinya masih laku jual. Dan saat itu, dunia keartisan juga masih bersinar dan masih terkonsentrasi dekat diwilayah pusat kekuasaan. Sehingga terasa syah-syah saja memasang artis untuk ikut nyaleg.
Mengukur Daya Tarik