Lihat ke Halaman Asli

Rumingkang Tumarima

KOPI PAHITPUN SELALU MENEMUKAN PENIKMATNYA

Dassault Rafale Nyalip Ditikungan

Diperbarui: 11 Februari 2022   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

minggu ini negara kita dikagetkan dengan pembelian pesawat jempur dari perancis dassault Rafale dengan rencana pembelian sebanyak 42 buah pesatwat tempur dah tahap awal pertama sebanyak 6 buah pesawat tempur dengan harga Rp. 1.6 triliun perbuah. ada perasaan senang karena alusita TNI bertambah untuk mempertahankan kedaulatan republik ini ditengah banyaknya alusita disemua matra TNI yang sudah tua bahkan ada yang usianya sudah puluhan tahun tentunya semakin tua keandalannya akan menurun. adapula persaan heran karena selama ini kanditat terkuat pesawat tempur TNI selama hampir 8 tahun ini kandidat terkuat adalah Shukoi SU35 dari rusia yang secara spesifikasi sebanding dengan pesawat generasi kelima untuk mengimbangi australia dan singapura yang sudah pasti akan memiliki atau sudah memiliki pesawat tempur generasi kelima F35 serta adapula persaan sedih karena sampai saat ini kita belum mampu secara mandiri memproduksi pesawat tempur sampai saat ini.

pembelian dassault rafale ini tidak memiliki perjalanan yang panjang dan tidak merta terjadi dalam semalam dari rencana awal pengadaan ini banyak negara yang menawarkan produk terbaiknya seperti AS dengan F16x dan F15x, erupa ada Thipoon, kemudian ada griffen dari swedia dan SU35 dari rusia. keputusanpun mengerucut kepada SU35 karena sebanding spesifikasinya dengan F35, lalu kenapa kita tidak membeli F35 ternyata F35 hanya untuk anggota konsorsium pembuatan F35 dan kalaupun membeli AS mensyaratkan Indonesia memiliki pesawat tempur generasi 4.5 yaitu F15 sehingga option f35 tidak mungkin kita lakukan disamping anggaran kita yang terbatas dan persyaratan yang susah untuk dipenuhi. sehingga keputusan jatuh kepada SU35 dari Rusia proses prakontrakpun sudah dilakukan bahkan media-media Rusia mengatakan bahwa TNI melakukan akuisisi satu skuadron SU35 dengan pembelian imbal dagang dengan komoditas produk-produk Indonesia.

Tidak berselang lama rencana pembelian su35 ini meredup hal ini dikarenakan adanya tekanan AS atas pembelian produk Rusia yang bisa dikatakan Rival nyata dalam persenjataan di dunia. Pemerintahpun dihadapkan dilema besar dengan keadaan serba salah ini memang harus kita akui kita sangat tergantung dengan AS dari mulai ekonomi dan alusita TNI apabila terjadi masalah politik dengan AS tentunya akan mengakibatkan kerugian nasional sehingga perlu kebijakan yang matang dalam melakukan akuisisi pesawat tempur ini. sebenarnya sudah ditebak strategi pemerintah menghadapi masalah ini kita menganut politik non blok sehingga agar semua senang maka TNI membeli 6 buah F15X yang merupakan varian tercanggih dari F15 dengan harapan setelah pembelian F15 ini tidak akan ada masalah dengan pembelian Shukoi SU35 dari Rusia. sehingga para pengamat mengatakan ini jalan untuk mendapatkan Shukoi SU35.

tetapi ternyata salah justru TNI membeli Dassault Raffale yang selama ini bukan option pertama dalam pengadaan pesawat tempur inilah yang sangat menarik, selama ini penawaran prancis tidak seagresif Swedia, AS dan Rusia tetapi mengapa TNI bisa memilih Rafale ini yang sangat manarik dan perlu kita cermati. perancis memang dalam penjualan pesawat tempur selalu dalam bentuk partai seperti untuk India dan yang terakhir Qatar dengan pembelian partai ini setara dengan 2 atau 3 skuadron harga menjadi lebih murah yang kedua prancis merupakan negara yang tidak pelit dengan teknologi tidak seperti AS dan Rusia yang sangat memprotek teknologinya sehingga TOT akan sangat mudah terlaksana dari produk perancis dan antara produsen dan pembeli akan diuntungkan dalam jangka panjang. 

perancis menyadari persaingan produsen senjata didunia semakin sulit dan ketat dimana strategi diplomasi politik dan berbagi teknologi pertahanan adalah salah satu intrument yang efektif dalam memasarkan produk pertahanan perancis dan terbukti sangat sukses kita ambil contoh  India dari F16X beralih kepada Rafale kemudian Qatar dari F15X ke Rafale dan yang terakhir ini adalah Indonsia. sehingga dengan transfer teknologi dan francis paham benar keinginan TNI sehingga francis membuat penawaran yang tidak mungkin ditolak oleh Indonesia

tentunya Indonesia memiliki kepentingan dengan teknologi pesawat tempur hal ini dikeranakan proyek pesawat tempur Indonesia dan Korea selatan tahun 2022 ini akan melakukan penerbangan pertama dengan nama boramae dan dalam pengembangan dalam 10 tahun kedepan tentunga teknologi hasil TOT ini bisa dicangkokan kepada pesawat tempur Boramae yang diproduksi di Indonesia dalam masa datang tentunya ini akan menjadi keuntungan kompetitif bagi peswat tempur Indonesia.

tentunya sebagai warga sipil dengan pembelian alusiata TNI akan memperkuat dalam pertahanan kita sehingga dapat menjagaaulatan negara ini. dan tentunya pembelian ini tidak selamanya kita tergantung  kepada eropa, AS dan Rusia sebagai produsen senjata terbesar didunia, setahap demi setahap kita harus mampu memproduksi alusita madein dalam negeri. semoga saja dan kita doakan semoga TNI semakin jaya dilaut, udara dan darat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline