Menjelajahi Desa Tampakang bagaikan memasuki gerbang budaya dan kaya akan tradisi. Kearifan lokal berpadu harmonis dengan alam, melahirkan kekayaan budaya yang tak ternilai. Tradisi turun-temurun dilestarikan, mencerminkan kedekatan masyarakat dengan alam, serta kearifan mereka dalam mengelola sumber daya yang ada. Desa Tampakang dikenal sebagai desa dengan keindahan alam berupa rawa yang menjadi daya tarik bagi para pelancong. Desa Tampakang terletak di Kecamatan Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan.
"Kayu Becakang" Sandi Pengenal Desa Tampakang
Desa Tampakang berakar dari kisah seorang pria yang tersesat di hutan belantara setelah amnesia. Diterima dengan hangat oleh Suku Dayak setempat, pria tersebut dianggap bagian dari keluarga mereka dan dirawat hingga sembuh selama kurang lebih dua tahun. Makanan sehari-hari mereka adalah ubi kayu dan pucuk-pucukan. Setelah sembuh, pria tersebut ingin pulang ke kampung halaman yang telah dirindukan. Suku Dayak yang merawatnya berharap agar pria tersebut kembali, sehingga mereka membuat sandi pengenal kampung mereka dengan menggantungkan kain yang terbuat dari serat nanas pada kayu bercabang ditempat yang tinggi.
Kembalinya pria tersebut ke rumah mengejutkan keluarganya yang mengira bahwa dia telah meninggal. Selang beberapa waktu, pria tersebut berhasil meyakinkan mereka dan menceritakan pengalamannya serta kabar tentang banyaknya ikan di perairan hutan belantara. Kabar itu memikat banyak orang untuk berkunjung, bahkan menikahi penduduk asli dan membangun kehidupan baru di sana. Banyak Suku Dayak yang beralih agama menjadi Islam, dan daerah hutan itu dikenal sebagai Tampakang, diambil dari tanda pengenal kain pada kayu bercabang yang disebut "tampak kayu becakang". Desa Tampakang telah ditempati selama kurang lebih setengah abad dengan beberapa peninggalan budaya seperti gamelan dari Suku Dayak yang masih lestari di sana.
Berbagai Tradisi Maknai Budaya Kearifan Lokal
Desa Tampakang memelihara sejumlah tradisi yang kaya makna, mencerminkan nilai-nilai budaya, dan rasa syukur masyarakatnya. Selamatan Musim Banjir menjadi momen penting untuk memohon perlindungan dari ancaman banjir, sembari bersyukur atas rezeki yang diberikan dan kepedulian terhadap sesama. Tradisi dimulai dengan baca burdah, diikuti dengan prosesi keliling kampung, dan diakhiri dengan doa bersama sebagai ungkapan syukur dan memohon keselamatan.
Kawin Beusung, sebuah tradisi pernikahan adat yang menandai sebuah momen sarat makna dan berharga dalam budaya lokal. Kawin beusung menjadi simbol persatuan dan kekeluargaan yang kuat, di mana seluruh anggota keluarga dan orang terdekat terlibat dalam setiap tahap prosesi pernikahan. Pengantin wanita diarak dengan tandu, sebuah simbol kesucian dan keagungan. Prosesi pernikahan dihiasi dengan berbagai ritual adat yang diyakini membawa berkah bagi pasangan. Lebih dari sekadar acara pernikahan, Kawin Beusung menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang dijaga dan dilestarikan sebagai ekspresi cinta pada tanah air dan identitas desa.
Tidak kalah menarik, adat Mamingit yang merupakan larangan untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti mandi, mencuci baju, dan memotong rambut pada hari-hari tertentu juga masih lestari. Kepercayaan ini diyakini memiliki makna spiritual dan berdampak bagi yang melanggarnya. Dipercaya dapat membawa keberuntungan dan menghindari marabahaya, tradisi ini mempunyai nilai spiritual yang dalam bagi masyarakat setempat.
Unggulkan Berbagai Wisata
Desa Tampakang sangat dikenal dengan kekayaan alamnya, terutama daerah rawa yang menakjubkan. Pengunjung dapat merasakan kehidupan masyarakat desa yang masih menjunjung tradisi dan keramah-tamahan. Destinasi wisata yang ditawarkan Desa Tampakang yaitu kolam ikan, Pulau Sambujur, dan Wisata Kerbau Rawa. Pulau Sambujur merupakan sebuah lahan kecil di tengah rawa, memukau dengan pemandangan alamnya dan pepohonan rindang yang menciptakan suasana ideal untuk bersantai dan berfoto-foto.
Disisi lain, Wisata Kerbau Rawa menjanjikan pengalaman unik dalam mengamati binatang khas Kalimantan yang hidup di habitat rawa. Pengunjung dapat menyaksikan kerbau rawa berenang, bermain, dan mencari makan di rawa yang luas, sembari memahami budaya dan tradisi lokal terkait dengan hewan khas ini. Desa Tampakang juga menawarkan kolam ikan yang mengundang wisatawan untuk menikmati aktivitas memancing atau sekadar bersantai menikmati suasana. Ikan yang berhasil ditangkap dapat langsung dinikmati setelah diolah di tempat.