Lihat ke Halaman Asli

“Mau Nyoblos Partai yang Sempurna? Boleh, tuh, Malaikat Disuruh Bikin Partai”

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, saya aslinya cukup suka dengan partai islam yang satu ini. Kader-kadernya pun terlihat berwawasan agama luas, ramah, dan rendah hati. Tapi, ups, itu dulu. Sekarang, saya jadi ‘capek’ juga. Entah saya masih objektif atau sudah subyektif, tapi berdasarkan apa yang saya indra, oh, mereka, kader-kadernya dan atau emm yah okelah simpatisannya, lama-lama mengesalkan juga.

Singkat cerita, salah satu teman saya yang merupakan salah satu anggota rohis (tau kan, rohis di mana-mana biasanya digawangi partai islam itu) tiba-tiba menunjukkan kekecewaannya pasca membuktikan sendiri bahwa ternyata semua parpol itu sama saja. Partai yang tadinya ia percaya tidak akan melakukan hal-hal hina semacam serangan fajar, eh ternyata melakukan juga. Akhirnya, ia posting dalam akun sosmed nya, kurang lebih isinya begini, “semua parpol PREKETEK”, dalam statusnya, ia kemudian membuka blak-blakan apa yang baru saja ia buktikan sendiri. Lalu, salah satu kader partai islam itu memberikan komentar di statusnya, “mau coblos partai yang sempurna? Boleh, tuh, malaikan disuruh bikin partai J” Halooooooo, yakaliii semua orang juga udah tahu kalau di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi apa pantas kita merespon dengan kata-kata seperti itu? Untuk apa ada kewajiban mengingatkan satu sama lain kalau toh setelah diingatkan hanya merespon dengan mengatakan “tidak ada yang sempurna”. Lantas setelah berkata begitu, apa kelar semua masalah? Apa kemudian kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna bisa menjadi pembenaran atas setiap kesalahan yang dilakukan? Tentu tidak semudah itu. Bereskan dulu apa yang sudah kamu perbuat. Akui, dan minta maaf. Berjanji untuk tidak mengulangi. Nah, yang begitu baru sip. Jangan jadi abal-abal please. Mohon maaf, saya di sini sama sekali tidak ada niat menjelek-jelekkan, hanya saya sudah tidak tahan dengan sikap semacam itu karena sudah beberapa kali saya mendapati respon semacam itu. Ditambah lagi, tuh kader-kader kalau mengampanyekan partainya, selalu memuji partainya dengan kalimat semacam, “partai yang paling sedikit korupsinya”. Eeeh, ngaku ya kalau partainya korupsi? Dan lagi, saya harus bilang, yakaliiiiii udah tahu partainya korupsi terus gue disuruh tetep milih. Di sini, saya merasa para kadernya sudah mulai menutup mata. Kefanatikan atas partainya telah membuat mereka sulit mengakui kesalahan. Tidak hanya itu, saya lihat teman saya yang juga simpatisan partai tersebut kok kuliahnya berantakan, banyak nilai yang masih kosong. Kuliah sering bolos. Nggak ngerti pelajaran. Duh, kacau. Saya aslinya suka kalian. Tapi tolong, jangan cuma mengedepankan partai. Jangan cuma mengutamakan posisi. Sadari segala sesuatu yang perlu disadari. Senantiasa memperbaiki diri dan memantaskan diri yaa supaya kalian dipercaya masyarakat J

Sekali lagi, saya hanya mengingatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline