Siapakah insan di alam semesta ini yang tidak menghadapi permasalahan? Semuanya pasti mengalaminya. Jika satu permasalahan selesai, biasanya akan datang persoalan baru yang juga mengharuskan kita untuk menyelesaikan. Bahkan, kadang terjadi dalam satu waktu kita menghadapi beberapa permasalahan yang mesti diselesaikan dalam waktu yang sama. Jika demikian yang terjadi, maka sebaiknya kita berhenti sejenak untuk merenung dan meminta petunjuk. Hal manakah yang mestinya diselesaikan terlebih dahulu.
Persoalan yang dihadapi seseorang memiliki kadarnya yang berbeda-beda. Sampai tingkatan manakah persoalan itu. Kadang, penyelesaian masalah itu mesti melibatkan banyak pihak, tidak hanya dengan dirinya sendiri atau seseorang saja. Inilah yang mengharuskan kita pandai memanage sebuah permasalahan.
Ketika kita sendirian saja, apakah sudah jaminan kalau akan bahagia. Sebaliknya, ketika kita bersama orang lain, apakah sudah pasti akan merasakan bahagia. Ada istilah win- win solution. Belajarlah untuk bisa menempatkan diri dalam setiap keadaan dan situasi. Jangan sampai kita mengaduk - aduk satu persoalan untuk disebarluaskan kepada orang lain yang tidak tepat bahkan tidak tahu menahu.
Di sinilah kadang munculnya ghibah. Semula kita tidak berniat untuk menyampaikan satu permasalahan kepada orang lain. Ujung - ujungnya kadang justru mencari dan mengoreksi kekurangan dan kesalahan pihak ketiga. Inilah yang seringnya terjadi pada akhir sebuah percakapan. Mencari pembenaran untuk dirinya sendiri dan menyalahkan orang lain.
Ada sebuah cerita tentang seseorang yang sedang ingin melakukan muhasabah. Ia ingin mengevaluasi jalan kehidupan yang selama ini dilakukan dan ia jalani hingga saatnya terakhir ini. Bermula sejak kecil, hingga akhirnya tumbuh dewasa, dari bersekolah tingkatan paling rendah hingga bekerja, menikah, membina rumah tangga, dan membesarkan anak-anak. Betapa hal tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa. Allah telah memberikan kesempatan padanya untuk menjalani kehidupan yang tidak mudah tersebut hingga saat ini. Jalan yang dilaluinya memang tidak pernah datar, penuh liku - liku dan kelokan tajam. Jika akhirnya berhasil hingga pencapaian kini merupakan sesuatu hal yang luar biasa
Satu kata yang pernah diucapkan ayahnya benar adanya,"Nek gelem jujur, bapak bangga karena saat ini kamu bisa seperti ini. Padahal kamu cuma anaknya bapaknya yang seperti ini. Maka, saat ini yang terpenting bagimu adalah pandai - pandailah bersyukur. Dulu seperti apa dan sekarang seperti apa. Usah mengoreksi dan mencari - cari kekurangan dan kesalahan orang lain. Karo sapa - sapa kudu sing rukun ben apik sekabehane."
Jalan hidup yang tidak pernah datar. Berakhir seperti apapun berarti itu sudah suratan takdir.
Bandar Batang,
29 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H