Sejak hijrah ke Jakarta, tiba-tiba saja saya sering didaulat menjadi pembaca doa. Ada saja acara yang berujung dengan membaca doa, entah itu sembuh dan sakit, naik gaji, laba perusahaan meningkat, kelahiran anak, dan banyak lainnya.
Menurut saya, itu merupakan pekerjaan yang teramat berat. Saya selalu berusaha menolak atau menghindar jika diminta membacakan doa. Saya merasa masih banyak orang yang lebih pantas yang doanya berpeluang lebih besar dikabulkan Allah.
Tapi sering kali saya tak kuasa menolak “todongan” doa itu. Salah satunya yang tak bisa saya tolak jika yang memintanya Pak Ahmad.
Setiap momen ulang tahunnya tiba, Pak Ahmad selalu mengadakan syukuran di kantornya. Dia tak akan lupa menelepon saya berkali-kali agar menghadiri syukuran tersebut. Sebagai pembaca doa tentunya. Walaupun tak mendapat bayaran sepeser pun, anehnya saya melakukannya dengan amat bahagia.
Kenapa? Karena ada cerita di balik ulang tahun Pak Ahmad.
Sudah cukup lama Pak Ahmad menderita kanker. Berbagai dokter ahli telah dia temui dan entah berapa banyak uang yang sudah dia keluarkan, tapi kesembuhan tak kunjung datang. Bahkan harapan untuk hidup tidak dia peroleh karena dokter-dokter ahli itu mudah sekali memvonis. “Bapak harus dioperasi! Kalau tidak mau, umur Bapak paling lama hanya 30 tahun!” ujar mereka.
Dengan keteguhan hatinya Pak Ahmad menolak anjuran tersebut karena toh sejauh ini kanker seperti yang diidapnya tak mempan dioperasi, penderitanya biasanya meninggal dunia. Dia pun mencoba metode pengobatan alternatif. Sang ahli pengobatan alternatif yang ditemuinya mengajarinya untuk mengobati diri dengan kekuatan sendiri. Caranya dengan berpikir positif, banyak tersenyum, dan sering berbuat kebaikan. Intinya dia berjuang keras untuk hidup bahagia.
Saya amat kagum dengan sosok Pak Ahmad. Orang yang hidupnya selalu dibayangi maut itu selalu tampil ceria. Belum pernah saya melihat wajahnya masam meski kepada orang yang perangainya kurang baik. Kalau ada teman yang sakit, dia termasuk orang pertama yang datang membesuk dan menghibur. Bila ada yang mengalami kemalangan, dia datang membawakan air penyejuk jiwa. Dari tangannya mengalir sedekah untuk anak-anak telantar meski dirinya tidak kaya.
Saya kagum dengan kekuatan jiwanya yang dapat mengalahkan rasa sakit yang dialaminya. Penyakit tak membuatnya menderita, tetapi menuntun pria tangguh itu ke jalan kebahagiaan.
Beberapa waktu lalu saya menghadiri syukuran hari ulang tahun beliau. Saat itu saya takjub karena Pak Ahmad tengah merayakan ulang tahunnya yang ke-37. Subhanallah... Pak Ahmad berhasil mematahkan vonis dokter-dokter itu lewat jalan kebahagiaan.
Dengan berperan sebagai pembaca doa dalam setiap acara-acara beliau, saya juga merasa bahagia karena saya bisa lebih mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan Allah Swt. dan rasa syukur itu semakin menambah kebahagiaan hidup saya.
o Kebahagiaan punya pengaruh hebat bagi kesehatan manusia.
o Melihat perjuangan hidup orang lain akan menumbuhkan rasa syukur dan kebahagiaan dalam diri kita.
o Amal sholeh sekecil apapun merupakan obat untuk mencapai bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H