Lihat ke Halaman Asli

Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Remaja

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu perubahan besar yang terjadi dalam diri anak ketika menginjak masa remaja adalah perubahan fisik. Perubahan fisik umum yang terjadi pada anak remaja adalah kematangan kelenjar kelamin dengan adanya perubahan hormonal serta munculnya tanda-tanda karakteristik seks sesuai dengan jenis kelamin anak.

Bila pada pria biasanya akan muncul jakun di leher, suara pecah agak cempreng, dan tumbuh bulu-bulu halus pada bagian-bagian tertentu. Pada wanita payudara akan mulai terbentuk dan juga munculnya bulu-bulu halus pada bagian tertentu. Perubahan lain adalah timbulnya hasrat atau dorongan seksual yang bersifat kenikmatan yaitu hasrat seksual.

Hal-hal di atas adalah hal yang umumnya terjadi dan kasat mata terlihat. Selain perubahan fisik yang terjadi pada anak sebenarnya ada banyak perubahan dalam diri anak yang harus dipersiapkan oleh orangtua supaya anak tidak merasa canggung atau malu dalam memasuki dunia barunya. Beberapa persiapan itu antara lain:

1.Mempersiapkan anak tentang masalah seksualitas. Penerangan mengenai seksualitas, kematangan dan dorongan seks, masalah masturbasi, pergaulan heteroseksual, perlu diberikan dengan baik. Isi dari aspek-aspek yang diterapkan disesuaikan dengan umur dan tingkat kematangan anak. Perlu diingat bahwa masalah seks biasanya peka dan tidak mudah dibicarakan secara terbuka, maka dalam menerangkan harus mencari cara dan waktu yang tepat sehingga anak bisa memahaminya dengan baik. Untuk jelasnya bisa baca Menghadapi anak menghadapi pubertas.

2.Perlu menciptakan suasana yang baik dalam keluarga, jauh dari ketegangan emosi, jauh dari ucapan yang disertai bentakan dan cercaan, jauh pula dari suasana yang menimbulkan perasaan benci, kesal dan bermusuhan. Sebaliknya siapkan suasana ‘rumahku adalah istanaku’ sehingga anak remaja akan merasa betah untuk berada di rumah daripada berada di tempat lain. Bila suasana baik tercipta dalam diri anak maka dia akan lebih mudah terbuka kepada keluarga akan kehidupannya.

3.Mempersiapkan anak untuk bisa menilai dan memilih sesuatu perbuatan apakah boleh atau tidak boleh, perlu atau tidak perlu, baik atau tidak baik dengan berlandaskan pada norma sosial/moral yang berlaku dalam masyarakat. Ini perlu supaya anak berada dalam ‘jalur’ yang benar sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat maupun nilai-nilai yang ada dalam keluarga.

4.Mempersiapkan anak untuk memiliki nilai pergaulan yang harus dipegang dan ditanamkan dalam dirinya sehingga anak bisa bertanggung jawab dalam etika pergaulan. Dunia informasi yang semakin tak terkendalikan bisa menyesatkan anak dalam pergaulannya. Tuntuan ‘peer group’ juga bisa menjerumuskan anak ke dalam bahaya. Dengan adanya nilai pergaulan yang dipegang setidaknya anak bisa membentengi dirinya dari hal yang tidak baik.

5.Mempersiapkan anak menghadapi lingkungan pergaulan. Sebagai seorang anak yang sedang meninggalkan  ‘dunia keluarga’ anak akan dikondisikan untuk membuka diri dengan lingkungan yang lebih luas. Ia bertemu dengan anak remaja lain yang sedang mencari jati dirinya. Pada tahap inilah pergaulan anak akan masuk proses perkembangan ke arah kemampuan bersosialisasi. Bila anak tidak pandai ‘bergaul’ besar kemungkinan ia akan sulit untuk bersosialisasi di kemudian hari.

Persiapan-persipan di atas tentu harus disertai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Kemantapan kepribadian anak ditandai dengan berkurangnya hambatan-hambatan pada tingkah lakunya sehingga hampir tidak menimbulkan masalah pada orangtua. Dengan kata lain, bila proses tumbuh kembang anak baik maka dapat diharapkan lebih terjamin tidak akan menimbulkan kesulitan atau masalah ketika menginjak usia remaja.

Kepribadian yang matang dari anak seperti aspek emosi dan sosial memungkinkan anak mampu mandiri dan ketika mereka menginjak masa remaja ketergantungan mereka terhadap orangtua sedikit demi sedikit akan berkurang. Bukan berarti mereka tidak perlu orangtua, tapi setidaknya mereka tidak lagi merengek untuk hal-hal yang seharusnya itu sudah bisa mereka atasi sendiri seperti mengurus diri sendiri, mengatur waktu, membuat tugas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Semoga dengan persiapan-persiapan yang baik dari orangtua dalam membantu anak menghadapi masa remajanya, anak akan yakin dan percaya diri dalam menapak dunia barunya.

Salam…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline