Siapa yang tidak ingat cuplikan kalimat tersebut? Seorang Ratu dalam sebuah cerita dongeng klasik yang bertanya pada cermin di dinding. Dalam dongengan saja kita sudah diperkenalkan dengan sosok yang begitu mengagumi dirinya sendiri. Belum lagi setahun lalu kita dibuat heboh oleh Sinta dan Jojo yang tampildalam video lip-sync dan diunggah dalam situs jejaring sosial dan ditonton oleh ribuan orang. Belakangan ini juga ada yang tak kalah heboh menarik perhatian masyarakat banyak, siapa lagi kalau bukan Briptu Norman. Dia tampil menyanyi lip-sync sebuah lagu soundtrack film India diiringi goyangan khasnya. Sinta, Jojo, dan Briptu Norman tampil dalam video mereka dengan penuh percaya diri. Tidak malu-malu. Banyak orang mengatakan mereka sedang terkena sindrom Narsis. Mereka hanya mau sekedar nampang dan dilihat orang. Mereka mau eksis. Pertanyaannya, apa sebenarnya arti narsis itu? Apakah itu suatu penyakit?
Narsisisme adalah sifat kepribadian egoisme, kesombongan, atau keegoisan sederhana. Dalam konteks kelompok sosial, kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan elitisme atau ketidakpedulian kepada penderitaan orang lain. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah "narsisisme" diperkenalkan oleh Havelock Ellis (yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Freud dalam psikologi). Istilah tersebut diambil dari Narcissus, yang dalam mitos Yunani adalah seorang pemuda yang sangat egois yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsisistik. Di sinilah kata narsisisme berasal. Narsisistik atau yang dalam istilah ilmiahnya Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah gangguan kepribadian narsisistik, pasien mempunyai penilaian berlebihan terhadap konsep dirinya dan memiliki kebutuhan yang berlebihan pula untuk dihargai dan diakui.
Ada beberapa teori tentang narsisistik ini, tapi pada dasarnya bisa ditarik kesimpulan dari teori-teori yang ada, bahwa narsisistik termasuk salah satu dari tipe gangguan mental/kepribadian. Seseorang yang terkena gangguan kepribadian narsisistik ini biasanya diiringi juga dengan pribadi yang emosional, lebih banyak berpura-pura, antisosial dan terlalu mendramatisir sesuatu.
Sifat narsisistik ada dalam setiap manusia sejak lahir bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisistik dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memilikipersepsiyang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisistik memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia.Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifatpatologis.
Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsisistik biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisistik yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinyalah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.
"Orang narsisistik benar-benar ingin dikagumi oleh orang lain. Saat menjadi pelajar, ia selalu ingin mendapat nilai bagus dengan cara apapun termasuk berbuat curang dengan menyontek," kata Amy Brunell, penulis studi dan asisten profesor psikologi di Ohio State University di Newark.
Lebih lanjut menurut Brunell, orang narsisistik cenderung lebih egois, melebih-lebihkan bakat dan kemampuannya serta kurangnya rasa empati kepada orang lain.
"Narsisis merasa perlu untuk mempertahankan citra diri yang positif dan mereka kadang-kadang akan menyisihkan kekhawatiran etis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan," jelas Brunell lebih lanjut.Brunell mengatakan, keinginan untuk memamerkan diri benar-benar membuat orang dengan karakter narsisistik lebih mungkin untuk melakukan tindakan curang. Hasil studi ini telah dipublikasikan secara online di jurnal Personality and Individual Differences.
Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsisistik jika ia sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) daricirri-ciri kepribadian sebagai berikut:
1.Merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimilikidan ia senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar (prestasi) dan harta benda.
2.Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati.
3.Memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk dikagumi.
4.Merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa.
5.Kurang empati.
6.Mengeksploitasi hubungan interpersonal.
7.Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap bahwa orang lain iri kepadanya.
8.Angkuh.
9.Percaya bahwa dirinya adalah sangat spesial dan unik.
10.Ketidakmampuan untuk melihat dunia dari perspektif orang lain.
11.Memiliki kesulitan mempertahankan hubungan yang sehat dengan orang lain.
12.Tidak segan-segan memperalat orang lain tanpa memikirkan akibatnya terhadap perasaan orang tersebut.
Dalam kadar berlebih sehingga masuk dalam kategori gangguan klinis, narsisistik justru mengarah pada membesar-besarkan diri secara berlebihan. Diri sendiri dipersepsi begitu hebat, penting, besar dan butuh untuk selalu dikagumi atau dipuja. Akibatnya, individu kehilangan kemampuan untuk berempati terhadap orang lain.Kehilangan kemampuan berempati, menjadikan individu rentan akan eksploitasi orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri, seperti mau dipuji terus, mau didengarkan terus dan dia senang mengendalikan orang lain, serta mudah untuk menyalahkan orang lain. Ketika dihadapkan pada orang lain yang sukses, mereka bisa merasa sangat iri hati dan arogan.Dan karena mereka tidak selalu mampu mewujudkan harapan-harapannya sendiri,mereka akan merasa depresi.(Abnormal Psychology 9th edition hal 417)
Narsisistik dianggap tidak berbahaya bila dalam kadar yang normal, kecenderungan narsisistik dapat mendorong seseorang untuk mengembangkan diri dan egonya. Membangun ego penting agar seseorang tetap merasa bahwa dirinya kompeten dan penting. Jika orang tak memiliki sikap ini maka sikap yang terbangun adalah sikap rendah diri.
Sumber:
Wikipedia
Dunia Psikologi
Abnormal Psychology 9th edition, byDavison, Gerald C.; Neale, John M
DSM-IV, American Psychiatric Association.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H