Kebanyakan Abuser, terutama yang laki-laki, adalah orang yang sangat pandai bergaul, menarik, dan menyenangkan. Ini hanyalah topeng untuk menutupi rasa rendah diri dan ketidaknyamanan diri mereka yang sangat tinggi. Orang-orang yang abusif mempunyai obsesi untuk mengontrol, menguasai (menyandera) dan memiliki pasangannya. Abuser sering menyalahkan pasangannya seakan-akan pasangannyalah yang mendorong mereka bersikap abusif." (www.abuse101.com)
"Abuser adalah salah satu orang yang paling menarik yang akan anda temui, dan dengan penampilan dan sikapnya anda akan beranggapan dia adalah orang yang bisa mencintai dan mendukung pasangannya."
"Saya di abuse oleh istri saya selama 37 tahun. Dia selalu bisa menyembunyikan hal ini dari orang lain. Orang-orang tidak pernah bisa percaya ketika saya memberitahukan mereka akan perlakuan istri saya"(www.suite101.com)
Sungguh suatu hal yang menyeramkan bahwa orang-orang yang pandai memikat, menarik dan sangat mendukung bisa berubah menjadi binatang buas yang sedang mencari mangsa. Tentunya, perlu diingat bahwa tidak semua orang yang berperilaku seperti itu adalah abuser. Sebagian dari mereka adalah orang yang benar-benar tulus dan baik hatinya. Jadi, bagaimana kita membedakan abuser dari orang-orang yang tulus hatinya?
Di bawah ini adalah fakta karakter yang mungkin bisa membantu kita mengidentifikasi orang yang berpotensi menjadi abuser:
- Kita tidak bisa mengenali abuser hanya dari penampilannya saja.
- Sebagian orang percaya bahwa pelaku berasal dari kaum miskin, yang diasuh dengan kekerasan. Sebenarnya mereka berasal dari semua tingkatan sosial-ekonomi: kaya dan miskin, dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Pelaku juga bisa laki-laki atau perempuan, dan dalam lingkup usia yang berbeda.
- Mereka mempunyai rasa rendah diri atau tidak nyaman dengan dirinya. Oleh karena itulah mereka perlu untuk mengendalikan lingkungan mereka dan orang-orang yang ada dalam lingkup pengaruhnya
- Pelaku juga memiliki pandangan yang suka memegahkan diri. Mereka sering menunjukkan ketidakpedulian terhadap orang lain. Mereka pikir mereka lebih baik daripada orang lain, dan mereka sering mengungkapkan hal ini untuk mendapatkan pengaruh atas orang lain. Biasanya dalam hal ini, pelaku ingin mengambil peran sebagai pihak yang mempunyai kuasa sehingga mereka dapat menempatkan diri lebih tinggi dari orang lain (atau menonjolkan diri supaya orang lain dapat melihat mereka). Itulah sebabnya dalam banyak kasus, pelaku dapat menjadi orang yang tidak dicurigai, orang-orang yang selalu dihormati; - guru, pemimpin agama, tokoh masyarakat, atau seseorang yang berpengaruh besar.
- Pelaku dapat bersikap kebapakan atau keibuan. Pada awalnya mereka akan sangat peduli, menawarkan bantuan dan perlindungan, tapi ketika korban mulai bergantung pada pelaku, maka terungkaplah motif pelaku yang sesungguhnya.
- Mereka suka memanipulasi, mengancam, dan mengontrol
- Mereka suka mengatur, otoriter, dan menuntut.
- Mereka sangat posesif dan protektif.
- Mereka sering menjadi iri terhadap orang lain, terutama pada mereka yang mempunyai hubungan erat dengan korban, seperti pacar korban, pasangan, atau bahkan keluarga.
- Mereka sangat mudah dibuat jengkel dan sangat sensitif terhadap kritik.
- Pelaku memiliki kebutuhan untuk selalu diakui, mendapat pujian dan sanjungan.
- Sering kali mereka memanipulasi korban dengan "berperilaku manis": memikat, penuh kasih, suka memberi. Dalam beberapa kasus, setelah melakukan abuse, para pelaku akan minta maaf sedalam-dalamnya dan menghujani korban dengan hadiah dan perhatian.
- Mereka cenderung menganggap tindakan kekerasan sebagai suatu bentuk disiplin.
- Mereka cenderung menyalahkan korban atas masalah mereka, sehingga korban akan merasa bersalah karena telah menimbulkan masalah.
- Tidak ada penyesalan, selalu ada pembenaran untuk setiap kesalahan. Hanya ketika korban mengancam untuk meninggalkannya, maka ia akan berpura-pura menyesal. Ini sama seperti kasus dimana seorang maling menyesal karena tertangkap basah tetapi tidak menyesali apa yang telah di lakukannya.
- Mereka membenarkan kekerasan sebagai bentuk disiplin.
- Mereka biasanya pernah memiliki hubungan yang buruk. Jadi carilah informasi tentang hal tersebut.
- Para pelaku cenderung memiliki "siklus", di mana mereka beralih sikap dari orang yang ramah menjadi penuntut, mencari-cari dan menemukan kesalahan, lalu meluap marah, lalu beralih ke sikap menyesal, ketakutan ditinggal dan butuh bantuan.
- Pelaku "menyakiti" korban-korban mereka di "balik pintu tertutup". Dalam banyak kasus mereka menyembunyikan perilaku kasar mereka dengan sangat baik.
- Pelaku biasanya suka menyakiti binatang, bahkan dengan pernah melakukan satu tindakan kekejaman pada binatang saja sudah dapat diindikasikan mempunyai kecenderungan perilaku tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H