Lihat ke Halaman Asli

Masjid...Tempat Horror atau Tempat yang Damai?

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_282327" align="alignnone" width="300" caption="mengaji di mesjid"][/caption] 'HEY! JANGAN LARI-LARI MELULU!" Seru seorang bapak pada anaknya yang sedang berlari-lari di emperan masjid. Anak SD kelas 1 itu masih berlari. Dengan kesal bapaknya datang, dan memarahi dia. Di tempat lain, ada seorang anak balita yang asyik mengamati orang yang sedang bersujud. Saking asiknya, dia 'nungging' dan kepalanya bersentuhan dengan kepala orang yang bersujud itu. Seorang ibu dengan gemas berlari ke arah si balita. Dengan kasar ia merenggut balita itu, dan menariknya ke belakang. Tentu saja si balita menangis keras. Sedang asyik kok diganggu, pikirnya mungkin begitu.

Coba renungkan, untuk anak-anak itu, masihkah mesjid itu menjadi tempat yang aman? Atau tempat horror eh, maksudnya tempat yang menyeramkan?

Ditempat lain, seorang Mbah pengajar ngaji sempat bercerita dengan geli, bahwa di masjid, anak-anaknya suka koprol dulu sebelum tahiyyat awwal. 'Kayak terwelu' ujarnya. 'Yang satu lagi malah naroh makanan pas ditempat sujud. Tadinya mbah kagum, yang satu ini khusyuk betul. Tapi, setelah diperhatikan, ternyata pas sujud dia selalu mengunyah-ngunyah. LHa ternyata, dia makan makanan yang dia taroh itu pas sujud' 'Lha ndak dilarang mbah?' 'Ah, namanya juga anak-anak. Suka aneh-aneh. Biarkan saja.. asal jangan mengganggu orang lain'

Nah, bagaimana dengan kutipan ini? Disini masjid jadi tempat yang menyenangkan atau tidak? Yang menarik adalah perbandingan kehadiran anak-anak (dan orang yang sudah dewasa) dikedua mesjid tadi. Mesjid yang paling atas, terasa bersih, hening, hanya satu-dua anak (dan beberapa orang dewasa) yang berada disana. Ramainya pas Jumatan atau Ramadhan. Sedangkan Mesjid si Mbah, ramai, padat dengan anak dan orang dewasa. Ada yang mengaji, ada yang shalat sunnah, ada yang bermain di halaman mesjid. Tapi selalu padat dengan ummat, baik Shubuh, Dzuhur, sampai ke isya. Salah satu jemaah dewasa, bercerita bahwa dia senang sekali ke mesjid, untuk mengenang saat-saat masa kecil dulu. 'Rasanya seperti nostalgia. Mesjid sudah menjadi rumah kedua buat saya' katanya. Mending Masjid sepi dari ummat (kecuali jumatan dan awal ramadhan), atau mending Masjid diramaikan ummat? Menarik memang. Bila dimasa kecil biasa ke mesjid, biasanya saat dewasa, ada tarikan tertentu untuk kembali ke mesjid. Tapi, bila waktu kecil pernah 'enggan' ke mesjid, nah, sampai dewasa, keengganan itu sulit untuk diatasi. Ingatkah teman-teman sekalian akan riwayat ini?

Suatu saat ketika sujud, Nabi sujud lamaaa sekali, tak bangun-bangun. Semua jamaahnya dibelakang haqqul yakin.. sepertinya turun ayat nih. Ketika akhirnya Nabi tahiyyat dan salam, para Shahabat bertanya 'Ya Rasul, tadi sujudnya lama betul. Turun ayat ya?' Kata Rasul 'Ah, nggak.. hanya saja tadi Husain main kuda-kudaan di punggung saya. Eh, setelah turun, gantian Hasan yang main kuda. Jadi saya biarkan saja sampai mereka berdua turun' Kata Rasul dengan kalem. Di kesempatan lain, sebelum shalat, Rasul menggendong seorang bayi perempuan yang lucu. Eh, tiba-tiba curr, si bayi pipis. Dengan kasar, si ibu merenggut sang bayi dari pangkuan Rasul. Rasul betul-betul marah. Kata Rasul 'Baju saya bisa dicuci, wudhu saya bisa diperbarui, tapi noda di hati sang bayi takkan bisa dihapus!'

Kini, dikalangan kita ummatnya, anak nonton orang shalat,ada yang dipukul, 'Hey, jangan dilihatin!' anak naik ke punggung orang shalat dimarahin 'Hey, gak sopan!' Di mesjid, kini anak-anak sungguh menderita. Padahal beraktifitas di mesjid, adalah pendidikan yang penting bagi anak, agar mencintai mesjid diwaktu dewasa. Dan mungkin wajar juga sebagian ummat islam muda (yang mengaku taat) menjadi beringas dan gampang memukul. Lha ingatan masa kecil mereka tentang ketaatan terhadap islam adalah pukul-memukul..(sadist biasa timbul dari mereka yang disakiti saat kecil) Kalau kita tak bisa khusyuk karena ribut, berarti kita masih terikat dengan dunia, hingga tak bisa tuli dan buta terhadap dunia ketika shalat. Tentu bukan salah anak yang ribut, seperti bukan juga salah mobil dan motor yang melintas di jalan depan, atau TV yang dibiarkan ngagembreng ketika kita shalat. Yuk, mari kita jadikan Mesjid tempat yang damai untuk anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline