Lihat ke Halaman Asli

Maaf, Pak Prabowo

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini kejadian beberapa bulan yang lalu, sebelum diadakan pemilihan anggota legislatif. Kakak saya yang bekerja di salah satu perusahaan Pak Hasyim menawarkan saya untuk mengirim proposal ke beliau.

Saya memang sedang mencari sponsor untuk film bertema sosial yang hendak dibuat berdasarkan novel saya. “Film itu cocok untuk kampanye,” begitu ujar kakak saya. Betul juga sih, film ini memang bercerita tentang pengalaman membina dhuafa antara lain anak-anak penyemir sepatu. Sebagian hasilnya juga diniatkan untuk program pemberdayaan desa. Sudah dibicarakan dengan pendiri salah satu Lembaga Zakat terkemuka di Indonesia.

“Paling kamu nanti ditawarin jadi Caleg Gerindra,” kata kakak saya lagi.

“What? Partai yang didirikan oleh Pak Prabowo? … No Way ….sori ya, dengar namanya aja udah ilfil duluan.” demikian pikir saya.

Jangankan masukkan proposal ke orangnya partai Gerindra,ke partai lain yang lebih Islami aja saya ngga mau.

Tak disangka yang terpilih jadi Capres ya Pak Prabowo itu. Lawannya Pak Jokowi.

Pilih siapa ya? saya pikir Pak Jokowi lebih baik menuntaskan tugas sebagai gubernur Jakarta. Bukankah masih banyak permasalahan di ibu kota yang belum selesai?

Sedangkan Pak Prabowo ... hmm kayanya ngga sreg.  Sempat terpikir, golput aja kali ya …. bebas dari tanggung jawab. Tapi diam juga nanti semua dimintai pertanggung jawaban.  Ya udah akhirnya saya rajin mantengin apa aja yang berhubungan dengan Capres.

Dari Debat presiden III saya menyadari bahwa  Pak Prabowo memiliki pengetahuan yang luas.  Tapi dari capres no 1 ini ada satu “cacat” yang cukup mengganggu. Yang paling diributkan orang mengenai Pak Prabowo adalah masalah penculikan.  Yang saya heran, berkali-kali dihina, diejek, dikata-katai macam-macam soal penculikan. Pak Prabowo tidak bergeming. No Comment. Belakangan baru terdengar jawaban-jawaban yang sangat sederhana tapi elegan. Jawabnya hanya “Tuhan tidak tidur”. “Jangan paksa saya mengakui sesuatu yang tidak saya lakukan.”

Ada kenalan yang bilang. “Pak Prabowo tidak terbukti bersalah dalam kerusuhan 1998. Dia di set up. Ke mana Jendral lain pada waktu kerusuhan? Ngapain pada keluar kota meninggalkan Prabowo sendiran. Dipikir deh ….“.

“Kalaupun Pak Prabowo bersalah karena menjalankan tugas sebagai prajurit. Kan seseorang bisa aja melakukan kesalahan .…. Mana ada orang yang sama sekali ngga bersalah. Kalau kita di posisi Pak Prabowo juga mungkin melakukan kesalahan yang sama. Tapi khan Allah memberi kesempatan untuk bertobat,” lanjutnya.

Bener juga ya. Lagian kalau dari masalah hukum sudah jelas Pak Prabowo lulus. Khan beliau sebelum ini sudah pernah dicalonkan jadi Wapresnya Bu Megawati. Kok dulu ngga diributin.

Ada beberapa fakta yang menarik. Pius yang katanya pernah ‘diculik’ malah ikut Gerindra dan membela Pak Prabowo. Dia tidak sendiri, beberapa orang yang katanya pernah diculik juga jadi pengikut setia Prabowo. Kalau seseorang diculik tapi malah kemudian malah loyal kepada penculiknya. Berati penculik itu baik sekali ya? Bener ngga.

OK. Bagi saya mengenai issue ini case closed. Tapi saya masih penasaran dengan sosok kedua capres ini. Beruntung dalam masa kampanye ini banyak sekali posting mengenai Pak Prabowo dan Pak Jokowi.

Dari postingan-postingan itu barulah terkuak sepak terjang Pak Prabowo bersama Gerindra dari sejak beberapa tahun yang lalu. Tanpa gembar gembor di media, tanpa pencitraan. Apa saja ya? ini beberapa diantaranya:

1. Membina 8000 anak asuh di Papua.

2.Membebaskan TKW Wilfrida yang terancam hukuman mati di Malaysia.

3.Penyediaansebanyak sekitar 400 ambulans gratis di seluruh Indonesia.

4.Hubungan baik dengan beberapa negara lain. Pak Prabowo bukan presiden tapi dihargai selayaknya presiden. Dengan kepiawaiannya bicara dalam 6 bahasa, ilmu pengetahuannya yang luas dan kepandaiannya dalam berdiplomasi, ia dihormati oleh pimpinan negara lain.

Sikap patriotik Pak Prabowo tidak dibuat-buat. Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, teman seangkatan di Akabri bercerita. Waktu masih jadi taruna, mereka pernah mendapatkan pendidikan bareng di Australia.  Para tentara ini pernah hendak diberi uang oleh pemerintah Australia, tapi pak Prabowo menolak. Teman-temannya sampai heran, “Kenapa?”, ia menjawab dengan tegas. "Kita bukan tentara bayaran, kenapa mesti diterima? Kita tidak perlu menerima dari negeri asing."  Penasaran dengan cerita ini? Buka aja link berikut. http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/27/567/1005218/sosok-prabowo-subianto-di-mata-gubernur.

Rasanya berlembar-lembar tulisan tidak cukup untuk menunjukkan bahwa dari sekian ratus juta penduduk Indonesia, untuk saat ini Pak Prabowo lah yang paling layak jadi presiden. Seharusnya kita bangga memiliki tokoh yang begitu patriotik, cerdas (IQ nya 151), sabar (gimana ngga sabar, bertahun tahun hidup sendiri karena dipaksa pisah dengan istri tercinta oleh mertua. Tanpa beliau menjelek2 an mertuanya itu. Sama sekali! Wah ….kalau bahas cerita ini bisa jadi novel roman tersendiri  :) ).

Jangan sampai aset yang sangat berharga ini kita sia-siakan. Cukuplah kita menyia- nyiakan Pak Habibie . Ya Allah kalau mengingat Pak Habibie … pada waktu melihat beliau dihujat di MPR …. Sampai menetes air mata saya. Masyarakat kita ini sungguh tidak pandai menghargai orang-orang yang berjuang untuk negerinya

Jadi keputusannya. saya pilih no 1 karena Pak Prabowo memang pantas jadi Presiden.

Akhir kata, sekali lagi “Mohon maaf Pak Prabowo. saya selama ini sudah suuzon kepada bapak. Semoga bapak terpilih jadi Presiden dan bisa memegang amanah dengan baik. Selamat berpuasa …. Semoga seluruh ummat Islam yang sedang menikmati kasih sayang Allah di bulan Ramadhan ini ikut mendoakan yang terbaik bagi negeri ini. Barakallahu fikum.”

Notes: Tulisan ini sudah direvisi. Mohon maaf apabila pada tulisan yang terdahulu ada yang merasa tersakiti.  Semoga Allah memberkahi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline