Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun...
AKU bangun pagi ini dan membaca yang mengagetkan tentang jatuhnya crane di Masjidil Haram. Ada beberapa foto yang menunjukkan situasi dan korban yang berjatuhan.
Duh, sedihnya.
Beberapa hari terakhir ini, aku sudah melihat beberapa berita, gambar dan video tentang situasi di Tanah Suci pada musim haji kali ini. Tentang badai pasir yang terjadi di Jeddah, yang menyebabkan beberapa penerbangan terganggu. Lalu kemarin sore, aku juga melihat berita tentang hujan es dan angin besar yang melanda Mekah. Dan pagi ini, kubaca tentang crane yang jatuh itu.
Dan sungguh aku tak bisa berkomentar banyak.
Manusiawi, kita semua mengharapkan keselamatan. Saat mengantarkan orang yang hendak berangkat berhaji, doa kita adalah agar seluruh rangkaian ibadah itu dilancarkan. Diberi keselamatan sejak berangkat, selama di Tanah Suci, hingga kembali ke Tanah Air. Namun apa yang terjadi, crane jatuh di Masjidil Haram karena angin besar disana, ini tentu diluar rencana, diluar dugaan akan terjadi. Dan kita hanya bisa mengatakan bahwa kita mengupayakan apa yang bisa diupayakan, tapi jika suatu saat Sang Pemilik Hidup menghendaki hal yang lain yang terjadi, maka terjadilah hal itu.
Masjidil Haram di musim haji seperti ini, tentulah sangat padat. Siapa yang bisa menduga akan duduk dimana saat kejadian ini terjadi? Sebab bahkan mendapatkan tempat untuk menggelar satu sajadah saja menjelang jam- jam shalat, sangat sulit.
Melihat berita musibah ini, aku teringat pada hal yang kami alami saat musim haji tahun lalu. Hal yang juga tak terduga, dan tak diharapkan, tentu saja.
Kami memulai rangkaian perjalanan ibadah kami tahun lalu dengan mendarat di Madinah. Maka tak ada perjalanan darat yang jauh. Begitu pesawat mendarat, kami dibawa dengan bus ke hotel yang letaknya sepelemparan batu dari Masjid Nabawi, dan kami memulai hari itu dengan shalat subuh di Masjid Nabawi, masjid yang dibangun oleh Rasulullah, dimana makamnya juga berada.
Beberapa hari di Madinah, kami kemudian menuju Mekah, dimana Masjidil Haram dan Ka'bah berada.
Jarak antara kedua kota itu sekitar 450 KM, dan ditempuh dengan menggunakan bus.
Tak ada masalah dengan bus-nya. Busnya sendiri bagus, baru, bersih, dengan AC yang mengalirkan udara dingin yang sangat membantu kami ditengah teriknya panas matahari diluar.