Jepang di suatu pagi yang dingin bertahun lalu.
BERADA di dalam kereta yang membawaku ke Ueno station dari stasiun Narita, stasiun terdekat dengan bandara dimana pesawatku baru saja mendarat di pagi itu, aku duduk sambil memperhatikan sekeliling.
Tak seberapa ramai isi kereta saat itu.
Temperatur menunjukkan angka dibawah nol. Aku menggigil. Bajuku berlapis sudah, tapi tetap saja aku kedinginan. Kuterima dan kupakai overcoat yang diangsurkan adikku. Badanku agak menghangat dan terasa nyaman.
Dan oh... kenyamanan itu berlanjut, rupanya. Sebab tak lama setelah itu, kejutan menyenangkan lain tiba. Kurasakan hembusan udara hangat menyembur menghangatkan kakiku. Ah, rupanya, kereta di Jepang ini pada musim dingin memasang heater dan selain dari atap kereta, udara hangatnya juga berhembus keluar dari bagian bawah tempat duduk
Kuperhatikan lagi sekelilingku.
Adikku menunjukkan padaku running text di bagian tepi pintu kereta. Ada satu kalimat yang terus menerus secara berkala berputar terpampang di sana.
Aku tersenyum ketika memahami apa isi kalimat tersebut
Kalimat itu, isinya adalah permintaan maaf sebab kereta terlambat selama 5 menit.
Ya, lima menit!
Rupanya, subuh hari itu, Tokyo diguncang gempa. Menyebabkan beberapa perjalanan kereta terganggu. Kereta yang kutumpangi terlambat lima menit dari jadwal.