Ada sejumlah peralatan tempur militer yang digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) lintas matra untuk melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri atas wilayah daratan dan lautan.
Para homeschooler lintas jenjang di Homeschooling Persada, Jatibening Baru (Bekasi), berkesempatan melakukan observasi tentang sekilas sejarah perkembangan pesawat tempur yang pernah digunakan untuk menjaga keutuhan wilayah RI dari masa ke masa dan melihat langsung bagian interior kapal perang hasil karya anak bangsa saat melakukan aktifitas Jelajah Persada.
Pada momen Jelajah Persada ke Yogyakarta pada akhir tahun 2016, salah satu destinasi yang didatangi oleh para homeschooler jenjang SMA adalah Museum Pusat TNI AU -- Dirgantara Mandala yang terletak di jalan Kol Sugiono, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Adi Sucipto atau lebih populer dengan Museum Dirgantara. Area dalam Museum Dirgantara terdiri atas Ruangan Utama, Ruang Kronologi I, Ruang Kronologi II, Ruang Alusista, Ruang Paskhas, dan Ruang Diorama.
Ruang Alusista bisa jadi merupakan ruang favorit para homeschoolersputra karena di sana dipajang berbagai peralatan tempur yang dimiliki oleh TNI AU seperti rudal anti pesawat, senapan yang digunakan untuk melawan penjajah Belanda, senjata penangkis serangkan udara, dan juga berbagai pesawat yang beberapa diantaranya dapat dinaiki oleh para pengunjung.
Mereka dengan asyiknya mengomentari pesawat-pesawat yang diminati sambil mengisi lembar pengamatan dan mengambil foto maupun video untuk keperluan presentasi di sekolah.
Sementara tahun berikutnya , tepatnya awal tahun 2017, adik-adik mereka dari jenjang SD-SMP melakukan aktifitas Jelajah Persada di markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang berada di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Mereka diijinkan untuk naik dan melihat-lihat KRI 'Banjarmasin' dengan nomor lambung 592 yang merupakan kapal perang pertama tipe landing platform dock (LPD) buatan Indonesia, tepatnya oleh PT PAL Indonesia (Surabaya) bekerjasama dengan perusahaan Dae Sun Shipbuilding (DSS) asal Korea Selatan yang selesai dibuat pada bulan November 2009.
Kapal ini dirancang sebagai kapal pendukung operasi amfibi, yang memiliki kemampuan mengangkut pasukan pendarat berikut kendaraan tempur beserta kelengkapannya. Kapal ini juga mampu mengangkut 5 buah helikopter (3 di geladak heli, 2 di hanggar). Selain sebagai kapal tempur, kapal yang berteknologi desain semi-siluman ini juga berfungsi untuk operasi kemanusiaan, penanggulangan bencana alam serta ikut menjadi armada mudik.
Selain bertambahnya pengetahuan seputar peralatan perang di negeri sendiri, para homeschooler pun diharapkan dapat menangkap fenomena kian bertambah canggihnya teknologi seiring dengan perkembangan jaman dan semua itu dimungkinkan dengan ketekunan dalam mempelajari berbagai hal baru di ranah iptek.
Belajar secara mandiri maupun secara kolaborasi dengan bangsa lain sama-sama pentingnya dalam upaya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan umat manusia, termasuk memelihara perdamaian.
Ikuti aktifitas 'fun educative' lainnya via http://www.rumahbelajar-persada.com/