Lihat ke Halaman Asli

Kreatifitas Koran Bekas di Sekeliling Api Unggun

Diperbarui: 14 September 2017   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inspirasi nan hangat (dok RBP/Homeschooling Persada)

Kemping di alam terbuka biasanya tak bisa lepas dari kegiatan menyalakan api unggun dan beraktifitas seni sembari duduk-duduk melingkarinya menikmati perjalanan malam sebelum saat tidur tiba. Pada momen serupa di agenda Jelajah Persada beberapa waktu (29/10) lalu, para  homeschooler jenjang SMA Homeschooling Persada juga selama belasan menit sempat menikmati kehangatan nyala api unggun di zona perkemahan Natural Hill, Cisarua --Kabupaten Bandung Barat. Api unggun yang dinyalakan dengan bantuan petugas perkemahan itu memang tak berkobar sampai pagi karena keterbatasan stok kayu bakar.

Namun meski hanya tersisa bara yang meletup dan nyala-padam karena hembusan angin dingin yang lewat, para  homeschooler toh tetap merasakan keseruan malam itu karena guru-guru pembimbing mereka memberikan tantangan untuk dihadapi. Yupz, setiap kelompok harus berkolaborasi untuk membuat rancangan busana dengan bahan dasar koran bekas! Tak hanya itu, mereka pun harus mendandani salah seorang anggota kelompok untuk memperagakannya di depan semua kelompok. Urusan uji kreatifitas juga dilakukan dengan adu yel-yel antar kelompok yang nantinya akan dilakukan sebelum para 'model' tampil membawakan busana koran bekas karya kelompoknya.

Rumah Belajar Persada

Setiap kelompok mengambil posisi di berbagai penjuru di sekitar api unggun dan bermodal gunting-lem-selotip-tali raffia serta segala hal yang ada di arena perkemahan, masing-masing mencoba menghadirkan rancangan terbaik. Ada tawa, protes, dan kecerewetan dengan berbagai versi sampai guru pembimbing memberikan hitungan mundur pertanda waktu berkarya sudah habis dan setiap kelompok harus siap dengan yel dilanjut peragaan busana karya mereka untuk memperoleh nilai yang nantinya akan menjadi bagian dalam penilaian prestasi akademik mereka.

Para guru mengarahkan mereka untuk membentuk dua kelompok yang saling berhadapan, membuat jarak untuk menciptakan ruang dengan pembatas dua utas tali raffia, dan ... olala ...  catwalk terbuka beralaskan hamparan rumput pun membentang di bawah langit malam. Perwakilan setiap kelompok berhompipa-ria untuk menentukan urutan tampil dan setelah itu pertunjukanpun dimulai dengan adu yel-yel. Mereka mencomot  jingle iklan, merangkai slogan, atau mencuplik potongan lagu ... yah, apa saja yang melintas di kepala mereka, untuk dirombak menjadi yel-yel singkat. Ada aplaus, cemoohan jenaka, dan teriakan menyemangati hingar bingar memecah malam.

Kehebohan bertambah saat para model dari tiap kelompok berjalan dengan gaya masing-masing memperagakan busana koran bekas rancangan mereka. Ada yang malu-malu, ada yang atraktif meniru tari perang Suku Dayak sebisanya, ada yang kerepotan karena pernik busananya copot di sana-sini akibat tempelan selotip yang kurang kuat .... Sejuta rasa deh pokoknya !

Sementara itu onggokan bara api unggun yang tersisa masih kelap-kelip di bawah hembusan angin dan berangsur meredup. Dia akan segera padam namun hangatnya kebersamaan berkreasi dan rasa persahabatan dengan teman-teman mungkin akan terus menyala menjadi bagian yang tak terlupakan dalam diri para  homeschooler.Saat mereka beranjak dewasa, sepotong kenangan tentang malam api unggun itu mungkin akan menjadi pembangkit semangat ketika mereka harus menjalani tahap-tahap kehidupan yang butuh stamina ekstra. Bisa jadi kreatifitas mereka pun akan tersulut untuk melahirkan pencapaian-pencapaian baru dimana pun mereka berkiprah.

(Ikuti aktifitas seru para homeschooler lintas jenjang lainnya via http://www.rumahbelajar-persada.com/ )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline