Matahari mulai terasa menggigit kulit saat para homeschoolers SMA Homeschooling Persada, Jatibening Baru, Bekasi; turun dari bis dan menjejaki pelataran parkir Museum Pusat TNI AU – Dirgantara Mandala yang terletak di jalan Kol Sugiono, Komplek Landasan Udara (Lanud) Adi Sucipto, Yogya; beberapa waktu lalu (16/9).
Aroma dirgantara langsung terasa ketika menyaksikan beberapa pesawat lama maupun replikanya yang terpajang di halaman depan museum yang merupakan museum dirgantara terbesar di kawasan Asia Tenggara ini.
Empat patung tokoh perintis berdirinya TNI AU berdiri gagah menambat perhatian begitu rombongan Homeschooling Persada memasuki gedung museum. Patung-patung itu merefleksikan figur Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Halim Perdanakusuma, dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi.
Pemandu yang bertugas siang itu menyilahkan para homeschoolers duduk lesehan untuk menyimak berbagai informasi seputar Museum Dirgantara Mandala yang hendak disampaikannya. Museum ini ternyata memiliki sejarah pendirian yang sangat dinamis dari mulai lokasi sampai perkembangan koleksi yang dimilikinya.
Semula museum ini terletak di Markas Komando udara V di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, lalu dipindahkan ke Yogyakarta untuk digabung bersama Museum Ksatriaan Akademi Angkatan Udara dan bertepatan dengan Hari Bhakti TNI AU yang jatuh pada tanggal 29 Juni 1978; Marsekal Ashadi Tjahjadi meremikan museum tersebut dengan nama baru : Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Namun kisah pindah lokasi masih berlanjut karena penambahan koleksi pesawat maupun jenis memorabilia lainnya yang memang membutuhkan tempat pajang yang luas dan pertimbangan kemudahan untuk dijangkau masyarakat umum, Museum Dirgantara Mandala pun akhirnya diboyong ke lokasinya sekarang yang menggunakan lahan bekas pabrik gula. Peresmian kali ini dilakukan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal (TNI) Sukardi pada tanggal 28 Juli 1984.
Para homeschoolers seperti biasa memanfaatkan sesi tanya-jawab untuk mengorek informasi yang akan digunakan menjawab pertanyaan maupun melengkapi tugas akademik yang diberikan oleh guru-guru mereka dalam lembar kerja siswa.
Setelah puas bertanya, mereka pun diantar melakukan observasi menjelajahi berbagai ruangan di dalam museum. Area dalam Museum Dirgantara terdiri atas Ruangan Utama, Ruang Kronologi I, Ruang Kronologi II, Ruang Alusista, Ruang Paskhas, dan Ruang Diorama.
Ruang Kronologi I dan II berisikan foto-foto serta aneka informasi seputar sejarah TNI AU dari mulai awal pembentukan sampai kiprah patriotik para anggotanya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah dimulai sejak era pra kemerdekaan.
Momen-momen historis yang terabadikan dalam museum ini antara lain penerbangan perdana pesawat merah putih pada tanggal 27 Oktober 1945, pembentukan sekolah penerbangan di Maguwo pada 7 Nopember 1945, Operasi Seroja, dan pembentukan Tentara Republik Indonesia (TRI) AU.
Selain itu masih ada diorama dan dokumen bersejarah pada masa Proklamasi Kemerdekaan RI, Pembentukan Angkatan Udara RI (AURI), serangan udara pertama di Semarang-Salatiga-Ambarawa, penumpasan kudeta PKI/ Muso di Madiun, operasi lintas udara, penumpasan kudeta DI/TII-PRRI/Permesta, Operasi Trikora-Dwikora, pembentukan Skuadron AURI pada tahun 1950, penumpasan kudeta PKI/G30S, dan masih banyak data sejarah lain yang bisa disaksikan di situ.
Ruang Alusista bisa jadi merupakan ruang favorit para homeschoolers putra karena di sana dipajang berbagai peralatan tempur yang dimiliki oleh TNI AU seperti rudal anti pesawat, senapan yang digunakan untuk melawan penjajah Belanda, senjata penangkis serangkan udara, dan juga berbagai pesawat yang beberapa diantaranya dapat dinaiki oleh para pengunjung.
Sementara di ruang Paskhas tersimpan koleksi pakaian dinas yang dipakai oleh anggota TNI AU, baik pakaian tempur, pakaian tugas kenegaraan, atau pun pakaian dinas harian dari masa ke masa.