[caption caption="Belajar itu sangat mengasyikkan ... (dok RBP)"][/caption]Banyak di antara anak-anak usia sekolah mengaitkan kata ‘belajar’ dengan duduk manis di kelas menyimak guru membeberkan berbagai materi pelajaran sesuai kurikulum. Atau bergulat dengan buku-buku teks versi hard copy maupun versi tampilan layar komputer sembari corat-coret menuliskan berbagai kesimpulan selama berjam-jam setiap hari hampir sepanjang tahun. Membosankan.
Hal itu juga dialami oleh kelompok usia dewasa yang merasa kurang bahagia dengan pekerjaan yang mereka tekuni. Dr Howard Gardner, seorang profesor bidang pendidikan dari Harvard University, menganalisa fenomena kejenuhan itu dengan Teori Kecerdasan Majemuk yang dikemukakannya pada tahun 1983. Menurut Gardner, kejenuhan dalam proses belajar maupun bekerja itu berakar pada kultur pemikiran di lembaga pendidikan yang akhirnya tertanam pada mayoritas masyarakat lintas negara bahwa kriteria ‘pintar’ hanya dialamatkan pada mereka yang punya kemampuan di atas rata-rata dalam bidang bahasa (linguistic) dan logika matematis (locical-mathematical).
Padahal sebenarnya, masih menurut Gardner, secara keseluruhan ada delapan jenis kecerdasan yang menyatu dalam diri setiap orang dengan proporsi khas sesuai karakteristik individual; yaitu Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence, kecerdasan memanfaatkan kata), Kecerdasan Logika Matematis (Logical-Mathematical Intelligence, kecerdasan memanfaatkan angka dan memberikan penjelasan), Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence, kecerdasan yang berhubungan dengan gambar), Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily Kinesthetic Inteligence, kecerdasan dalam keindahan berolah tubuh), Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence, kecerdasan yang berkaitan dengan musik), Kecerdasan Antar Personal (Interpersonal Intelligence, kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia), Kecerdasan Mandiri (Intrapersonal Intelligence, kecerdasan yang berkaitan dengan diri sendiri), dan Kecerdasan Alam (Naturalist Intelligence, kecerdasan yang berkaitan dengan alam).
[caption caption="Pendidik dan anak didik bisa menikmati suasana belajar yang menyenangkan (dok RBP)"]
[/caption]Seseorang dengan Kecerdasan Kinestetik Tubuh bakal lebih bahagia bila proses belajar atau kerjanya bersentuhan dengan keindahan gerak; misalnya saat menari atau merancang sebuah koreografi. Begitu pula para pemilik Kecerdasan Alam akan lebih menikmati masa belajar atau kerja mereka bila bersentuhan dengan hal-hal yang berkaitan dengan eksplorasi alam bebas. Lantas bagaimana seorang guru/instruktur harus mengakomodir kecerdasan majemuk itu saat harus mengajar di kelas? Apa tidak bakal repot mengajarkan sesuatu dengan delapan cara sekaligus?
Thomas Armstrong (2009) menganjurkan untuk mengkaji berbagai alternatif metode mengajar dan memilih yang paling cocok dengan selera atau yang kelihatannya paling efektif untuk digunakan. Teori Kecerdasan Majemuk memang sangat menantang kreatifitas para pendidik untuk bereksplorasi dalam cara-cara mengajar yang selama berabad-abad didominasi oleh metode konvensional linguistik-logis dengan pola menguliahi-buku teks-tugas-rumus dan sejenisnya. Tentu saja riset mandiri untuk menggali keterkaitan antara materi yang akan diajarkan pada anak didik dengan delapan jenis kecerdasan majemuk merupakan sebuah agenda rutin.
Armstrong memberikan contoh sederhana, ”Saat mengajarkan teori ekonomi ‘Hukum Suplai dan Permintaan’, Anda akan membaca referensinya (kecerdasan linguistik), mempelajari rumus matematika yang merefleksikan hukum tersebut (logika matematis), mengamati gambar grafik yang menjadi ilustrasi prinsipnya (spasial), memperhatikan bagaimana hukum ekonomi itu juga berlaku di alam bebas (naturalis) atau di dunia perdagangan (interpersonal) atau bahkan di dalam tubuh sendiri (makan akan menghilangkan ‘tuntutan’ rasa lapar, namun bila asupannya terlalu sedikit maka ‘permintaan’ tubuh akan makanan menyeruak diekspresikan oleh rasa lapar, kecerdasan kinestetik tubuh dan intrapersonal), dan bisa juga menulis atau menemukan sebuah lagu yang cocok untuk merefleksikan teori ekonomi di atas (musikal).”
Teori Kecerdasan Majemuk Gardner memang membuka peluang untuk menikmati kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih menantang dan tidak membosankan, baik bagi para pendidik maupun anak-anak didik mereka.
Referensi
Armstrong, Thomas. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd ed. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development, 2009.
Gardner, Howard. Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic, 1983
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H