[caption caption="Menggantikan peran ibu selama kegiatan belajar-mengajar (dok RBP)"][/caption]
Hari telah bergulir menggapai senja, agenda kegiatan belajar-mengajar pun sudah lama berlalu, namun lampu di Ruang Guru yang terletak di lantai satu Kampus Rumah Belajar Persada, Jatibening Baru, Bekasi; terlihat menyala dan para guru pun masih wara-wiri dengan sejumlah kegiatan di berbagai sisi bangunan berlantai tiga yang apik nan terawat baik itu. Ada yang sibuk membungkus kado-kado dan membuat rangkaian huruf menggunakan paduan koran bekas-kertas krep warna-warni di dalam laboratorium IPA, sebagian lagi berbagi tugas menghias ruangan dan menyiapkan pernak-pernik di lapak yang jadi tanggung jawab masing-masing , dan beberapa dari mereka berkutat dengan sayur mayur-bumbu-tepung-kompor menyala di pantry yang terletak di lantai tiga.
“ Permainan tradisional yang akan diselenggarakan besok dimaksudkan untuk memperkenalkan pada para homeschooler yang notabene anak-anak kota besar pada budaya bermain anak khas Indonesia … biar mereka tahu, betapa mengasyikkan main gasing, cutrik, galasin, dan bentengan itu.” Tutur Wina Yunitasari, SPd., Ketua Yayasan Pendidikan ‘Rumah Belajar Tamansari Persada’ (RBP) yang membawahi Tim Guru PKBM ‘Tamansari Persada’ dalam wawancara sore (9/2) itu,” Sekalian juga kami menyiapkan jajanan untuk mereka, sejenis dengan yang dijual para pedagang keliling di sekolah-sekolah umum, namun yang ini hasil olahan langsung para guru hingga kualitas bahan-bahan dan proses memasaknya pun in sya Allah terjamin higienitas serta gizinya.”
Itulah keistimewaan Tim Guru PKBM’Tamansari Persada’, mereka bukan hanya berjibaku menyiapkan silabus materi pelajaran dan mengajarkannya di kelas lalu memberikan serangkaian tugas akedemik pada para anak didik, namun juga total melibatkan diri dalam proses edukasinya . Sebelum memberikan sebuah tugas, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun asupan life skills, mereka diwajibkan menguasai dulu materinya agar dapat memberikan bimbingan optimal bagi anak didik. Contohnya, mereka menjajal dulu semua jenis permainan tradisional yang akan dilombakan sampai keringat bercucuran agar bisa menjelaskan mekanisme lombanya sebaik mungkin di hari H, tak cukup hanya dengan menempel lembaran kertas berisi aturan main di tembok.
[caption caption="Wina (insert) dan para gurunya berjuang menjadi Guru Sejati (dok RBP)"]
[/caption]
Hal itu bukan hanya dilakukan saat agenda tahunan Permainan Tradisional saja, namun pada seluruh agenda edukasi yang ada. Termasuk sebisa mungkin mandiri dalam menyiapkan pernak-pernik semua acara jauh-jauh hari. Bukan hanya bakwan sayur, otak-otak, dan es mambo kacang hijau yang nantinya disajikan sebagai camilan para homeschooler jenjang SD-SMA seusai mereka lelah berlomba, namun batangan lidi untuk permainan Cutrik, gelanggang untuk tiap jenis permainan, plus menghias keseluruhan arena dilakukan sendiri oleh para guru.
Mereka bahkan belajar menari agar bisa melatih langsung anak-anak didik mereka untuk keperluan Pentas Seni (Pensi) yang rutin digelar setiap pergantian tahun ajaran baru., mengajarkan aneka hasta karya untuk keperluan menyiapkan produk para siswa saat ajang Market Day, dan memberikan perhatian dalam porsi berimbang pada semua anak didik sesuai kebutuhan individualnya masing-masing karena semua guru dalam Tim Guru PKBM ‘Tamansari Persada’ sejak awal diberi fondasi pemikiran bahwa setiap anak adalah unik dengan kekurangan-kelebihannya masing-masing hingga sebagai pendidik mereka harus berupaya untuk mengakomodir itu demi tumbuh-kembang terbaik multi kecerdasan (multi intelligences) siswa mereka.
Hal tersebut di atas dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan misi institusi pendidikan mereka yang salah satunya adalah menggali potensi anak didik dengan gaya belajar memakai pendekatan multi kecerdasan sehingga minat dan bakat anak dapat berkembang serta terpenuhi kebutuhan prestatifnya sesuai kemampuan masing-masing dengan tetap memperhatikan aspek pencapaian prestasi akademik untuk mengakomodir kebutuhan melanjut ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi. Kemudian setelah proses ikhtiar mendidik diri dilakukan sepenuh hati oleh anak-anak didik, maka guru pun memberikan apresiasi atas kinerja itu yang salah satunya berupa tradisi penyerahan penghargaan Outing Awards bagi siswa yang dinilai menunjukkan performa terbaik selama aktifitas outing berdasarkan kategori-kategori tertentu.
Perhatian menyeluruh Tim Guru PKBM ‘Tamansari Persada’ dari mulai asupan gizi tubuh, pembangunan kecerdasan menyeluruh, dan menyesuaikan sistem belajar-mengajar dengan kondisi anak sesungguhnya adalah tanggung jawab seorang ibu yang sama sekali bukan pekerjaan gampang untuk dilakoni, terbukti banyak ibu, yang karena berbagai alasan, justru gagal menunaikannya. Barangkali karena itulah Wina menegaskan,” Guru yang sabar, punya kemauan yang keras untuk belajar, dan membimbing anak didik dengan kasih sayang yang tulus , itulah Guru Sejati .”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H