Lihat ke Halaman Asli

Tumpeng Nasi Kuning dan Perayaan Ultah yang 'Homy'

Diperbarui: 23 November 2015   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Merayakan ultah sambil tetap belajar (dok RBP)"][/caption]Perayaan hari ulang tahun tidak harus selalu identik dengan hura-hura dan pemborosan anggaran tanpa makna, masih ada alternatif lain yang bisa dilakukan seperti saat selebrasi ulang tahun keenam Rumah Belajar Persada (RBP) pada Rabu (18/11) lalu, yaitu lomba menghias nasi tumpeng bagi para homeschooler jenjang SD-SMA Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening yang berada di bawah bimbingan Tim Guru PKBM ‘Tamansari Persada’, Jatibening Baru, Bekasi.

“Proses belajar tetap berjalan meski kita sedang melakukan perayaan hari ulang tahun,” Papar Ketua PKBM, Wina Yunitasari, SPd,; saat ditemui di ruang kerjanya di Kampus RBP,”Kenapa kita pilih nasi kuning dan kenapa pula tumpeng berbentuk kerucut, ada filosofi yang terkandung di situ hingga nenek moyang kita memilih jenis kuliner ini sebagai menu perayaan ulang tahun dan diharapkan para siswa terdorong untuk menggali lantas mempelajari makna-makna positif dari situ.”

Setelah berolah kreatifitas dengan mendekor Kampus RBP dari lantai pertama sampai tiga sehari sebelumnya, kini para homeschooler yang telah dibagi dalam beberapa kelompok sesuai jenjang pendidikan akan berjuang menghadirkan tumpeng terhebat dengan riang gembira dan, siapa tahu, jadi juara pula ! Para guru telah menyiapkan nasi kuning,urap sayuran, kering tempe-kacang, nugget ayam goreng, dan kerupuk bawang  serta peralatan masak; sementara para homeschooler membawa berbagai bahan garnis (pernik dekorasi makanan, -pen.) dan tampah bambu dari rumah  masing-masing. Mentimun, tomat, dan wortel adalah bahan garnis wajib.

[caption caption="Doa bersama senantiasa menjadi pembuka setiap kegiatan (dok RBP)"]

[/caption]Begitulah, usai doa dan menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ untuk RBP bersama-sama, semuanya pun segera bersiap untuk adu kecanggihan menghias tumpeng. Lomba berlangsung di Lantai 2 dan 3 yang telah disulap menjadi dapur bersama. Semua kelompok mengawali aksi mereka dengan lesehan bersama guru pembimbing masing-masing merundingkan strategi menghias dan pembagian tugas. Selanjutnya mereka pun bergegas melakukan tugas masing-masing. Melipat lembaran daun pisang untuk alas tumpeng, mengiris tomat, mengukir wortel, memotong telur rebus, dan bahkan meramu serta menggoreng sambal di pantry kampus. Semua bersemangat merancang dan membuat berbagai pernik dekorasi untuk tumpeng masing-masing.

“Tuh, kan, mereka terlihat antusias meski aktifitasnya homy banget.” Ungkap Wina saat berkeliling memantau aktifitas para siswa dan guru.

Homy yang dimaksud  Wina adalah kegiatan keseharian rumahan dalam menyiapkan hidangan keluarga saat sarapan atau kesempatan makan lainnya. Sesuatu yang mungkin jarang dilakukan oleh para homeschooler yang biasanya duduk manis tinggal menyantap makanan yang sudah siap tersaji di meja. Sekarang ini mereka harus bekerjasama membuat sendiri makan siang mereka dan … ternyata mengasyikkan.

Kegairahan meningkat saat nasi kuning dan hidangan pelengkapnya dibagikan oleh para guru. Kini mereka terfokus menata nasi yang diwarnai kunyit dan berasa gurih itu dengan bantuan cetakan atau tangan kosong menjadi bentuk-bentuk yang mereka inginkan. Siluet rumah dari logo RBP merupakan favorit para peserta, maklum lomba ini diadakan untuk merayakan ulang tahun lembaga pendidikan yang didirikan oleh pasangan Agus Basuki Yanuar dan Revita Tantri enam tahun silam ini. Tumpeng-tumpeng keren dengan berbagai gaya pun bermunculan di arena lomba dan bentuknya pun tak sebatas kerucut mulus sebagaimana lazimnya selama ini.

[caption caption="Taklimat sebelum beraksi menghias tumpeng (dok RBP)"]

[/caption]Sesuai harapan Wina, selain sibuk dengan aktifitas kuliner, ada pula homeschooler yang melakukan browsing tentang sejarah nasi tumpeng plus maknanya lalu menuliskan temuannya pada selembar kertas.  “… dalam tradisi Indonesia warna nasi kuning melambangkan gunung emas yang bermakna kemakmuran, kekayaan, dan moral yang luhur. Oleh sebab itu, nasi kuning sering disajikan dalam peristiwa syukuran dan peristiwa gembira seperti kelahiran, pernikahan  …” Tulis homeschooler Dhita dalam catatannya.

Momen penilaian dengan Wina dan Sandra Willia, Kepala Divisi Manajemen RBP, sebagai juri berlangsung seru dan interaktif karena para homeschooler diminta untuk memaparkan makna dari dekorasi yang mereka buat.  Nasi kuning berbentuk siluet rumah melambangkan RBP yang tengah berulang tahun, urap sayuran adalah kebun, kerupuk mewakili awan di langit…. dan banyak kisah menyeruak. Termasuk saat ditanya peran masing-masing dalam urusan menghias tumpeng. Aspek kebersihan tempat lomba pun tak luput dari pengamatan di samping kreatifitas dan kemampuan presentasi tiap kelompok.

Pemilihan jenis kuliner tumpeng nasi kuning yang lauk-pauknya berbahan dasar aneka olahan sayur-mayur dan hasil peternakan ini sejalan dengan agenda pendidikan RBP tahun ajaran 2015-2016 yang mengusung tema ‘Flora dan Fauna’. Sementara mekanisme lombanya sejiwa dengan filosofi edukasi RBP sebagaimana dikemukakan oleh Revita bahwa bagi lembaganya yang sementara ini fokus pada jalur pendidikan non formal, filosofi yang dianut adalah,” … belajar dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dengan bimbingan yang terpantau sesuai motto kami ‘I Can Do It !’ atau ‘Saya Bisa !’.

[caption caption="Saatnya mempresentasikan karya pada dewan juri (dok RBP)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline