Lihat ke Halaman Asli

Brontosaurus, Labirin Hijau, Serunya Eksplorasi di Kebun Bunga...

Diperbarui: 9 November 2015   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mengamati tanaman di rumah kaca ternyata asyik juga ... (dok RBP)"][/caption]Bukan hanya di film Jurassic Park yang laris-manis  ditonton  jutaan penonton di seluruh dunia , makhluk purbakala berukuran raksasa dan berleher panjang pemakan tumbuhan bernama brontosaurus ternyata juga bisa ditemui di Taman Bunga Nusantara, Desa Kawungluwuk-Cianjur, dalam versi miniaturnya yang dibentuk sedemikian rupa menggunakan tanaman hijau dan jalinan kawat untuk mengatur pola rambatan batangnya. Teknik membudidayakan tanaman hias yang ditata menyerupai bentuk-bentuk tertentu, baik fauna maupun pernik dekoratif lain, seperti itu dinamakan topiary.

Para homeschooler jenjang SD-SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening yang dibimbing oleh Tim Guru PKBM ‘ Tamansari Persada’ dalam kegiatan outing mereka beberapa waktu (4/11) lalu juga berkesempatan menyaksikan topiary burung merak raksasa yang terbuat dari puluhan ribu bunga musiman aneka warna yang akan selalu diganti setiap tiga bulan hingga paduan meraknya pun akan berubah- warna ubah sesuai musim. Pada kunjungan kali ini, Sang Merak terlihat agak botak karena banyaknya bunga yang mengering akibat musim penghujan terlambat datang tahun ini. Ada juga topiary kelinci raksasa yang nampak lucu dan menggemaskan.

Celoteh riang dan berbagai komentar takjub terlontar dari para homeschooler  yang melakukan tur keliling taman mengendarai Mobil Wira-wiri yang difungsikan khusus untuk mengantar para pengunjung menjelajah taman lengkap dengan pemandu yang akan memaparkan suasana taman sepanjang lintasan melalui kaset rekaman yang akan diputar oleh supir saat mobil mulai berjalan. Berbagai gaya penataan taman internasional, seperti Taman Inggris, Taman Perancis, dan Taman Jepang membaur serasi dengan Taman Mawar, Taman Bali, Taman Air serta berbagai wahana lainnya yang meliputi Air Mancur Musikal, Jam Raksasa, Danau Angsa, Taman Bermain Anak, dan lainnya. Para homeschooler SD melakukan eksplorasi awal di Rumah Kaca, sementara kakak-kakak mereka dari jenjang SMP turun di Taman Jepang

[caption caption="Taman Jepang yang hijau menenangkan (dok RBP)"]

[/caption].

Luas Rumah Kaca tersebut sekitar 2.200 meter persegi dengan sekitar 3000 panel kaca dan di dalamnya dibudidayakan  berbagai spesies tanaman hias seperti Dendrobium sp, Begonia Sp, Anthurium sp, dan masih banyak jenis lainnya. Kebutuhan air dan nutrisi hara lainnya serta intensitas sinar matahari yang merupakan kebutuhan hidup aneka jenis flora itu relatif lebih terkontrol dalm sistem Rumah Kaca. Para homeschooler SD menjelajah dengan riang sambil mengisi pertanyaan dan membuat sketsa gambar di lembar kegiatan siswa yang mereka bawa. Sesekali selfie atau membidik beragam tanaman di sana dengan kamera digital atau ponsel cerdas mereka. Guru-guru pembimbing dan pendamping dengan telaten memberikan arahan saat mereka melakukan observasi di dalam Rumah Kaca itu.

Sementara itu para homeschooler SMP yang mengawali observasi di Taman Jepang mendapat bonus tontonan menarik karena kebetulan ada pasangan yang sedang melakukan pengambilan foto pre-wedding di sana. Taman Jepang memang tergolong simpel dengan dominasi hamparan rumput, berbagai jenis cemara, bonsai, dan bebatuan yang ditata sedemikian rupa. Gerumbulan kembang-kembang Hortensia sp  yang berwarna ungu kebiruan muncul sebagai pemanis di satu sudut. Keberadaan jembatan kayu dan gazebo mini terbuka bergaya pondok Jepang memberikan sentuhan tersendiri selain keberadaan pancuran bambu yang bergerak turun naik ala jungkat-jangkit secara otomatis akibat pergerakan cucuran air. Keseluruhan panorama Taman Jepang memberikan kesan tenang. Para homeschooler SMP terlihat lebih antusias untuk urusan selfie maupun foto bareng dibanding adik-adik SD mereka, meski ada juga yang lebih banyak tercenung kegerahan dan tidak  bisa fokus karena sengatan matahari yang lumayan menggigit.

[caption caption="Reli Labirin dan keceriaan para juara (dok RBP)"]

[/caption]

Setelah para homeschooler SD-SMP bertukar tempat observasi, saatnya untuk ishoma alias istirahat-sholat bagi yang Muslim-makan siang. Rasanya sungguh berbeda  dibanding dengan makan sendirian di rumah, makan bersama teman-teman sembari lesehan beralas tikar plastik atau rerumputan tebal di bawah naungan tajuk pepohonan rindang memang jauh lebih nikmat dan menggembirakan. Pemandangan Danau Angsa di depan sana dan gemericik air yang mengalir dalam parit-parit kecil di pinggiran hamparan rumput terasa sangat menyejukkan bagi mata maupun pendengaran.

Selanjutnya para homeschooler SD-SMP berbaris menuju Taman Labirin, sebuah zona lorong-lorong berhubungan yang dibangun sedemikian rupa ra menyesatkan para pengunjungnya pada jalan-jalan buntu sebelum akhirnya berhasil mencapai pintu keluar. Setelah dibagi dalam beberapa kelompok, maka perlombaan adu cepat keluar dari Taman Labirin tingkat SD-SMP pun berlangsung seru dan meriah. Hari yang panas dan cucuran peluh sepertinya tak  jadi penghalang mereka untuk bergembira dalam adu ketangkasan tersebut.

[caption caption="Selamat kepada para peraih penghargaan (dok RBP)"]

[/caption]

Acara penyerahan hadiah bagi para juara Reli Labirin tingkat SD-SMP dan penganugerahan Outing Award bagi siswa peraih penghargaan untuk lima kategori, yaitu ‘Siswa Teraktif’, ‘Siswa Terdisiplin’, ‘Siswa Teramah’, ‘Siswa Terinisiatif’, serta ‘Siswa Terkooperatif’ pun menjadi penutup aktifitas outing HSKS Jatibening kali ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline