Mirip memang, tapi jika berbagai olahraga pernapasan yang ada saat ini ditujukan untuk meraih performa kesehatan/kebugaran tubuh yang lebih baik, maka mindfulness mencoba merambah ke area yang lebih luas. Bukan sekedar fisik, olah napas dalam mindfulness ditujukan untuk memahami kehadiran jatidiri yang lebih baik agar setiap orang bisa bertumbuh menjadi individu yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupannya,”To be better you.” Papar Ivandeva Irwantoro yang menjadi instruktur Pelatihan Mindfulness yang diselenggarakan oleh PKBM ‘Tamansari Persada’ pada Minggu (7/6) lalu bertempat di Ruang Serbaguna Rumah Belajar Persada, Kompleks Tamansari Persada Raya, Jatibening Baru, Bekasi.
Serangkaian tayangan video digunakan Ivan untuk menghantar pemahaman pada para peserta tentang konsep mindfulness, salah satu di antaranya adalah tentang demo pemain biola kelas dunia Joshua Bell di sebuah stasiun kota yang notabene pikiran para pengunjungnya sudah terfokus pada tiket dan rute. Josh memainkan sekitar 6 buah lagu berdurasi total 45 menit di stasiun metro kawasan Washington DC dan selama itu dia berhasil membuat sekitar 6 orang dari 1100 pengunjung stasiun berdiri sejenak menyimak permainannya, 20 orang memberinya uang lalu pergi, dan dia mendapati bahwa beberapa anak kecil berhenti di depannya untuk mendengarkan alunan biolanya sebelum akhirnya ortu menyeret mereka pergi. Namun Josh mencatat satu hal bahwa anak-anak itu tetap memalingkan wajah ke arahnya sambil mengikuti tarikan tangan ortu mereka.
Ivan menggaris-bawahi ketertarikan para anak kecil tersebut pada unsur-unsur keindahan yang tak terganggu oleh hingar-bingar di sekeliling mereka sebagai definisi bagi karakter focus & aware (meski perhatian terpusat pada hal yang akan dilakukan, namun tetap memiliki kesadaran akan hal-hal yang terjadi di sekitarnya, -pen.) yang akan menjadi salah satu komponen pembangun mindfulness. Komponen lainnya adalah here & now (lakukan segera, jangan ditunda; -pen.) dan unconditional love (cinta yang tulus, -pen.). Komponen terakhir merupakan gabungan dari gratitude (rasa syukur), surrender (kepasrahan), compassion (belas kasih), dan loving kindness (cinta kasih).
Mindfulness, menurut Ivan, lahir dalam konteks pengelolaan stress yang kemudian menjadi bagian dalam psikologi positif dan masuk ke ranah neurosains yang berhubungan dengan manajemen pengelolaan pola berfikir. Beberapa tahapan yang harus dilalui untuk membangun mindfulness dalam diri terangkum dalam pola breath (pernapasan) àbody (tubuh) àmind (pemikiran) àuniverse (jagad raya). Bernapas dengan benar akan memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan tubuh dan kemampuan berpikir dalam konteks menyumbangkan sebesar-besarnya manfaat bagi lingkungan seluas alam semesta ini.
20-30 menit sehari direkomendasikan Ivan untuk dikhususkan bagi urusan ‘bernapas dengan totalitas penghayatan’ dan dia memandu para peserta untuk praktek melakukan hal itu dengan cara duduk lesehan dengan posisi bersila, santai namun pastikan punggung tetap tegak, memejamkan mata, memegang area dada-perut untuk meraba denyut-denyut pernapasan di rongga dada, merasakan hembusan napas dengan cara meletakkan telunjuk di bawah hidung, dan perlahan-lahan panca indra dituntun untuk mendeteksi arus pernapasan itu seraya sedikit demi sedikit membangun rasa syukur pada Sang Khalik yang telah mengaruniakan kemampuan untuk bernapas sepanjang waktu kehidupan yang tersedia. Prosedur serupa diulang dengan menyertakan sekeping biskuit untuk dimakan karena makan adalah ritual wajib lainnya bagi manusia di samping bernapas, jadi mindful eating pun perlu dibangun untuk pola makan yang lebih bermanfaat.
“Pikiran mungkin akan melayang kemana-mana, termasuk pada berbagai permasalahan yang dialami saat kita melakukan totalitas bernapas ini.” Tutur Ivan,”Tapi gak apa-apa, akui bahwa problema itu memang ada lalu terima dengan ikhlas…”
Prosesi itu merupakan bagian pada latihan untuk memahami unconditional love atas diri sendiri yang harus terus dilatih setiap hari. Ivan menyebutkan bahwa tahap awal latihan memerlukan waktu rata-rata 8 minggu dengan durasi tetap setiap harinya dan hal tersebut bervariasi untuk setiap individu dengan kondisi tanpa tekanan,”Kalau cocok dan terasa manfaatnya, silahkan dilanjut….”Ujar sarjana teknik alumnus ITB ini,”Kalau tidak ya tinggalkan saja.”
Sejumlah riset menunjukkan bahwa mindfulness efektif untuk terapi penyembuhan berbagai penyakit, memacu peningkatan kualitas kerja para tenaga profesional di berbagai bidang, dan membantu setiap individu yang menjalankannya untuk menjadi lebih bahagia dalam kesehariannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H