Lihat ke Halaman Asli

Saat Harus Membicarakan Sex dengan Si Kecil

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410801872455582772

Moms n Dads sekalian, bersiaplah untuk menerima serangkaian realita miris yang bakal merobek hancur jalinan impian manis ala Walt Disney yang mungkin telah terlanjur dirangkai seputar buah hati anda. Sekedar mengingatkan, kalau anda tergolong insan super sibuk yang cuma sempat melahap koran pagi sebatas berita headline di halaman utama atau artikel bisnis/olahraga sesudahnya, mungkin terlewat dari perhatian anda kolom-kolom kecil berita pemerkosaan dengan pelaku maupun korban anak-anak usia SD-SMP. Tragisnya di sana tercatat pula kasus-kasus incest yang terjadi antar saudara sekandung.

Lalu tahukah anda, kasus video porno yang super hits di YouTube beberapa waktu lalu karya sekelompok murid asal SMP Negeri 4 Jakarta dengan pelaku utama siswa yang dikenal jawara bahkan mewakili sekolahnya dalam berbagai lomba ilmiah plus para perekam adegan yang notabene di antaranya ada sosok anggota OSIS dan Rohis. Tak tanggung-tanggung lokasi pengambilan adegan yang dilakukan berkali-kali itu adalah ruang kelas tempat mereka menuntut ilmu setiap harinya !

[caption id="attachment_324179" align="aligncenter" width="501" caption="Seminar yang dinamis dan interaktif (dok RBP)"][/caption]

Fenomena yang bikin merinding itu dikupas lugas oleh Elly Risman, Psi., Direktur Yayasan Kita & Buah Hati (YKBH), dalam seminar sehari bertajuk Pede Bicara Sex Dengan Anak Usia TK dan SD yang dilaksanakan bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Rumah Belajar Tamansari Persada pada Kamis (11/9) lalu di Aula Rumah Belajar Persada, Jatibening, Bekasi. Seminar yang dihadiri oleh Pembina Rumah Belajar Persada, Revita Tantri Yanuar, itu diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang mayoritas adalah kaum ibu.

Elly pun memaparkan data lain yang merupakan hasil survei YKBH dengan responden para siswa kelas 4-6 SD dimana terkuak bahwa 23 % persen di antara mereka menganggap bahwa pacaran dalam usia mereka adalah hal yang wajar. Lalu aktifitas pacaran seperti apa yang dilakoni oleh para siswa SD ini? Jawaban responden menunjukkan telpon-telponan (28%), jalan-jalan (24%), pegangan tangan (9%), chatting/bbm/sms-an (5%), lalu ciuman dan berpelukan masing-masing 3% (total 6%) responden mengaku telah melakukannya. Ternyata mereka tak sepolos dugaan kita ya, Moms n Dads ?

Kian merebaknya aktifitas seksual di kalangan anak-anak SD dan SMP, menurut Elly, akibat kian mudahnya mereka mengakses situs, media sosial, dan game melalui berbagai gadget canggih yang diberikan oleh orangtua. Ipad/Tab dimiliki oleh 37 % responden, Laptop-Smartphone-Nintendo/PS masing-masing dimiliki oleh 15 % (total 45%) responden, dan blackberry (13%). Kapan mereka memperoleh gadget tersebut? Sebanyak 34% menerimanya saat berusia 5-7 tahun, di atas 11 tahun (25%), 9-11 tahun (23%), dan 9 tahun (18%).

[caption id="attachment_324180" align="aligncenter" width="491" caption="Menyimak materi dengan konsentrasi penuh (dok RBP)"]

14108022321898553993

[/caption]

Para orangtua, kata Elly, sering lupa menyertakan peraturan dan pendampingan saat memberikan semua perangkat canggih itu hingga anak-anak yang masih buta aturan/etika moral itu leluasa mengakses berbagai hidangan dunia maya yang belum tentu cocok untuk mereka konsumsi, termasuk tayangan pornografi dalam berbagai versi mulai dari video sampai menu games yang dimainkan. Akibatnya para Moms n Dads jadi kelabakan tak tahu mesti menjawab apa saat buah hati mereka nan imut bertanya soal-soal seputar seks dari mulai soal kemaluan sampai dengan beragam aktifitas yang didapat dari pengalaman keseharian maupun melihat tayangan tertentu.

Ada prinsip-prinsip dasar yang harus dikuasai oleh orangtua saat berkomunikasi seputar masalah seks dengan anak, yakni pahami bahwa orangtua merupakan pendidik utama/pertama seksualitas anak yang harus konsekuen dan mampu menumbuhkan rasa hormat (respek) dari anak, materi komunikasi hendaknya berlandaskan pada tuntunan agama, kesalahan yang terjadi di masa kecil akibat pola pengasuhan orangtua yang kurang tepat pada Moms n Dads hendaknya tidak diterapkan lagi pada anak sendiri karena situasi-kondisi jamannya sudah sangat berbeda dari era kakek-neneknya dulu dimana membicarakan seks adalah sesuatu yang dianggap tabu, dan para orangtua berkewajiban terus menerus meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan mereka dalam berkomunikasi seputar seks dengan anak.

Sesungguhnya rasa ingin tahu anak seputar seks adalah sesuatu yang wajar menyertai tumbuh-kembangnya, jadi tidak perlu alergi untuk membicarakannya demi kebaikan dan keselamatan anak-anak anda. Apalagi saat anda sendiri yang memberi akses pada si kecil terhadap berbagai muatan yang nyaris tanpa filter dengan memberikan gadget padanya. Nah, berikut ini tips dari Elly Risman saat si Upik atau si Buyung mengagetkan anda dengan pertanyaan yang berkaitan dengan seksualitas.

Pertama-tama, tariklah napas panjang sampai anda merasa cukup santai. Lalu, ceklah pemahaman anak dengan pertanyaan,”Apa yang kau tahu tentang ….. (ulang hal yang ditanyakannya, -pen.), nak?”. Setelah mendengar penjelasan anak, kemukakan perasaan anda saat itu padanya dan pertimbangkan apakah anda akan menjawab pertanyaannya atau tidak. Ketika menjawab, pastikan anda sudah menangkap inti pertanyaannya dan kemukakanlah alternatif terbaik saat itu lalu kuncilah dengan norma agama yang intinya menjelaskan panduan moral dalam koridor yang diridhaiNya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an atau kitab suci yang diyakini. Jangan ragu menunda untuk memberikan jawaban bila anda benar-benar tidak tahu jawabannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline