Lihat ke Halaman Asli

Yadi Mulyadi

Arkeolog

Sangasanga sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kalimantan Timur

Diperbarui: 26 Oktober 2020   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pompa Anguk yang digunakan pada periode awal tambang minyak di Sangasanga | dokpri

Di kawasan ini terdapat objek cagar budaya dan diduga cagar budaya yang terkait dengan sejarah tambang minyak bumi di Indonesia. Objek tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Sangasanga, berupa benda, bangunan, struktur, dan situs yang merefleksikan Sangasanga sebagai Kota Industri Minyak Bumi. 

Sangasanga berkembang menjadi kota industri minyak bumi, setelah ditemukannya cadangan minyak bumi yang kemudian ditambang oleh Pemerintah Belanda melalui perjanjian konsesi dengan Kerajaan Kutai Kartanagara pada 1887 Cadangan minyak bumi yang melimpah di kawasan ini menjadikan Sangasanga berkembang sebagai kota industri minyak bumi sekaligus kota industri pertama di Kalimantan Timur (Oktrivia, 2010).

Sejak penemuan sumber minyak pada 1897, Sangasanga segera berevolusi menjadi kota industri. Belanda membangun banyak dermaga untuk mengirim minyak dengan kapal-kapal tangki. Sejumlah bangsal dibangun untuk pegawai Eropa dan nusantara. Sebagian bangsal itu masih berdiri hingga sekarang.

Menurut catatan pada 1939, Sangasanga sudah memiliki 7 dermaga, 613 sumur, dengan produksi 70 ribu ton minyak sebulan (Kristianto, 2008).

Adapun sumur-sumur minyak Sangasanga pertama kali dibuat oleh NIIHM yang merupakan singkatan untuk Nederlandsch-Indische Industrie en Handel Maatschappij, maskapai minyak Belanda yang khusus didirikan untuk menjalankan eksplorasi dan eksploitasi minyak di Nederlandsch-Indische yang beroperasi antara 1897 hingga 1905. 

Periode 1905 menandai pengelolaan tambang minyak bumi di Sangasanga dilakukan oleh Batavia Petroleum Maatschappij (BPM) sampai 1942. Pada periode ini mulai dibangun seperti bangsal, pasar dan sekolah. 

Kemudian pada periode 1942-1945 pengelolaan oleh Jepang yang membangun fasilitas pengeboran dan menambah sumur-sumur minyak guna kepentingannya dalam menghadapi perang dengan sekutu. Selain itu dibangun juga barak atau bangsal untuk menampung para pekerja dan tentara.

Selanjutnya pasca 1945, tambang minyak bumi di Sangasanga dikelola oleh  BPM/SHELL atau Pertamina sampai 1972. Pada masa ini Belanda yang mengambil alih perusahaan bekerja sama dengan perusahaan Shell serta Perusahaan Minyak Nasional (PERMINA). 

Periode berikutnya yaitu mulai 1972- 1992 pengelolaan beralih ke TIPCO -- Tesorro yang merupakan perusahaan dari Amerika Serikat, dimana peningkatan pengeboran minyak semakin maju dan cenderung tidak terkontrol. 

Lalu pada periode 1992 -- 2008 pengelolaan beralih ke PT Medco E & P. Pada periode ini fasilitas produksi, alat eksplorasi dan perumahan tidak dipergunakan secara memadai karena pemakaian tenaga kerja yang semakin berkurang. Sejak 2008 sampai sekarang kepemilikan dan hak eksplorasi minyak bumi di Sangasanga dimiliki oleh Pertamina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline