Lihat ke Halaman Asli

Yadi Mulyadi

Arkeolog

Menjadi Arkeolog, Itu Menarik

Diperbarui: 6 November 2016   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Judul itu saya tulis karena memang saya adalah Arkeolog lulusan Universitas Hasanuddin dua belas tahun lalu. Terlepas sampai sekarang di Indonesia istilah Arkeolog masih diperdebatkan apakah itu profesi atau bukan. 

Pendapat yang mengatakan bahwa Arkeolog Itu bukan profesi, karena di Indonesia belum ada pendidikan keprofesian untuk menjadi Arkeolog, yang ada saat ini baru pendidikan Sarjana Arkeologi di enam universitas, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin, Universitas Haluoleo, dan Universitas Jambi. 

Sedangkan Sarjana Arkeologi tidak semua bekerja di bidang kearkeologian, bahkan sebagian besar bekerja diluar bidang Arkeologi. Padahal untuk menjadi Arkeolog harus memiliki kompetensi dan kompetensi kearkeologian diperoleh melalui pendidikan keprofesian atau sertifikasi tenaga ahli Arkeologi, bukan dari pendidikan Sarjana Arkeologi. Sampai saat ini tidak ada Lembaga Sertifikasi Profesi yang menyelenggarakan Sertifikasi Tenaga Ahli Arkeologi di Indonesia.  Itulah sebabnya Arkeolog di Indonesia belum bisa dikatagorikan sebagai profesi, terlepas ada organisasi profesi untuk arkeolog yaitu Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.

Adapun yang berpendapat bahwa Arkeolog Itu profesi, karena lulusan Sarjana Arkeologi ada yang menjalankan profesinya sebagai Arkeolog di beberapa instansi Arkeologi di Indonesia, yang sayangnya sebagaimana ditulis oleh Djulianto Susantio jumlahnya sangat terbatas. Dengan kata lain, Sarjana Arkeologi yang bekerja di bidang Arkeologi itulah yang menjalankan profesi sebagai Arkeolog. 

Terlepas dari pro dan kontra tersebut, menjadi Arkeolog itu begitu menarik. Arkeolog menjalankan profesinya lebih sering di luar ruang alias di lapangan, bisa di pedalaman hutan, di puncak pegunungan, di ceruk-ceruk gua bahkan di kedalaman lautan. Hal itu menjadikan seorang Arkeolog berkesempatan berpetualang dan menyaksikan langsung betapa menarik dan indahnya Indonesia. 

Seorang Arkeolog yang menjalankan profesinya di instansi penelitian seperti di Pusat Arkeologi Nasional serta Balai Arkeologi, mendapatkan pengalaman menarik untuk merekonstruksi sejarah manusia masa lalu melalui artefak. Mencoba mengungkap peradaban masa lalu dan sejarah asal usul manusia. 

Selain di instansi penelitian, lulusan Sarjana Arkeologi pun dapat bekerja di instansi pelestarian cagar budaya, yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya, UPT dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di instansi ini pun, Arkeolog bekerja di lapangan, melakukan survei penyelamatan, kajian nilai penting untuk pelestarian cagar budaya warisan bangsa.

Itu sebagian kecil kesenangan bagi seorang Arkeolog yang tentunya bisa dinikmati oleh para Sarjana Arkeologi yang konsisten bergelut di bidang arkeologi. Bukan hanya yang bekerja di instansi arkeologi saja tapi bagi siapapun Sarjana Arkeologi yang tetap konsisten menggeluti Arkeologi, itulah Arkeolog sejati, dan Oom Djulianto Susantio adalah salah satu Arkeolog sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline