Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah sosok yang sudah lama saya amati sepak-terjangnya di dunia politik. Pak JK itu Politisi Senior yang sangat handal, cerdas dan mampu bermanuver ke segala arah dengan baik. Seorang Politisi Murni yang berlatar belakang seorang Pengusaha.
Saya ingat sekali pada tahun 2009 tepatnya pada momen Pilpres 2009 dimana di Kompasiana ini saya menjadi pendukung SBY dan berperang opini melawan blogger-blogger pendukung JK. Sangat seru. Jumlah pendukung JK lebih banyak daripada pendukung SBY di Kompasiana tapi memang akhirnya SBY memenangkan Pilpres 2009.
Karena waktu itu sempat berperang opini tentu akhirnya saya menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang JK. Oleh sebab itulah saya masih ingat beberapa karakternya dan kemampuannya di bidang politik.
Dalam dunia politik sudah lama dikenal sebuah istilah yaitu: "Bermain Dua Kaki". Di mata saya JK bila kondisinya memang mengharuskan, beliau mampu memainkan peran seperti ini dengan baik.
Apakah hal seperti itu Etis? Apakah hal seperti itu Curang?
Dulu sewaktu baru tertarik dengan dunia politik (sebagai masyarakat awam pemerhati Politik), saya sangat tidak suka Politisi-politisi yang bermain dua kaki. Curang menurut saya. Tetapi setelah berjalan sekian tahun mengamati akhirnya saya menyimpulkan bahwa dalam dunia politik untuk Bermain Dua Kaki itu persoalan yang sangat-sangat biasa.
Bahkan dalam kondisi tertentu (biasanya dalam pentas persaingan kekuasaan antara elit di suatu partai), Bermain Dua Kaki itu suatu keharusan. Siapa yang paling hebat bermain dia akan berpeluang menduduk jabatan Ketua Umum Partai.
Manuver JK Dari Elit Lapis Kedua Hingga Menjadi Ketua Umum
Pada tahun 2003 menjelang Pilpres 2004 sangat banyak Elit-elit Parpol yang berminat ikut Pemilu Presiden 2004. Saat itu baru 5 tahun Reformasi bergulir sehingga peluang untuk bersaing sangat terbuka lebar.
Yang mendorong para Elit berbagai Parpol ingin menjadi Presiden dikarenakan President Treshold hanya 10%. Akibatnya ada 6 Paslon yang akhirnya mendaftar. Dari PKB, Golkar, PDIP, Demokrat, PAN dan PPP. PKB akhirnya tidak bisa maju Pilpres karena Gus Dur gagal test kesehatan KPU.
Persaingan antar elit di setiap parpol akhirnya membuat banyak Elit politisi mencari jalan masing-masing. Mereka mencoba memanfaatkan president Treshold yang hanya 10% tersebut.