Lihat ke Halaman Asli

Rullysyah

Penulis

Djohar Arifin Mulai Kalah (Mengalah)

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Mundurnya Rahmad Darmawan dari jabatan Pelatih Timnas U-23 membuat semua mata khalayak ramai semakin menyoroti manajemen PSSI. Pasca mundurnya RD membuat banyak pihak ikut berbicara. Menpora ikut bicara, Manager Timnas ikut bicara, bahkan Asosiasi Pemain ikut bicara. Seperti tulisan sebelumnya yang menggaris bawahi bahwa PSSI tidak menghargai insan bola, PSSI yang katanya ingin melakukan Revolusi tetapi kenyataannya menerapkan manajemen perusahaan. Pemaksaan kehendak kepada Klub, Pemain dan Pelatih telah menunjukkan sikap pro otoriter dalam memanaj persepak-bolaan kita.

Entah karena niat balas dendam kepada pengurus sebelumnya atau semata-mata ingin menunjukkan sedang berkuasa PSSI menunjukkan sikap yang terlalu saklek pada Klub, Pemain dan Pelatih. Yang terakhir bisa dilihat bagaimana seorang Rahmad Darmawan sampai mengundurkan diri. Bukannya ingin menebak-nebak, tapi penyebab mundurnya RD adalah rasa tidak nyaman yang ditimbulkan PSSI kepada dirinya. RD adalah seorang pemimpin sejati. Dedikasinya pada bola terpancar dari dirinya. Hampir semua pemain merasakannya dan menghormati RD. Seorang RD menyayangi pemainnya dan menghargai individu dari pemainnya. Itu yang membuat pemain tunduk dan segan kepada seorang RD.

Berbeda dengan sikap pimpinan PSSI yang berusaha Jaim dan ingin menerapkan managemen perusahaan. Begitu mudahnya PSSI mengganti Riedl ke Wim, lalu Wim ingin diganti ke RD. Dan ketika RD tidak bersedia, langsung memutuskan ingin mengganti lagi dengan Widodo C Putro. Sikap yang seperti itu umumnya hanya dilakukan seorang Boss perusahaan pribadi. Wajar menurut Boss berganti anak buah, tapi orang melihat yang seperti itu pastilah menilai bahwa Bossnya yang tidak benar.

Pengurus lupa bahwa PSSI adalah milik banyak orang. PSSI milik bangsa Indonesia, PSSI milik semua Klub kita, PSSI milik pemain, pelatih dan seluruh insan bola yang ada di Indonesia. Semua pihak mempunyai kepentingan di PSSI. Setiap kebijaksanaan seharusnya mampu mewakili aspirasi sebagian besar dari pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan PSSI.

Memang betul bahwa PSSI tidak berada dalam kendali pemerintah. Statuta FIFA telah menentukan bahwa pemerintah manapun tidak boleh ikut campur kedalam urusan organisasi Sepak-bola yang berada dibawah naungan FIFA.Pemerintah dalam hal ini Menpora ataupun Presiden tidak bisa mengatur PSSI karena peraturan FIFA tersebut. Tetapi dengan kondisi itu tidak seharusnya membuat Pengurus menjadi Raja Kecil.PSSI yang lalu dibawah pimpinan Nurdin Halid dan kawan-kawan telah memberi contoh yang jelek. Mereka berusaha membangun Kerajaannya di PSSI. Dan pengurus PSSI yang sekarangpun terlihat cenderung mengikuti contoh jelek itu.

Kembali di posisi sekarang ini, setelah banyak pihak ikut bersuara pasca mundurnya RD, Pengurus kelihatan seperti tersentak dan mulai melunak. Tadi malam diberitakan Djohar Arifin dan wakilnya Farid Rahman berangkat ke Jepang untuk menemui petinggi FIFA dalam rangka minta izin FIFA untuk membolehkan pemain yang berada di Klub yang bukan “Resmi” Klub PSSI bisa membela Timnas. Selain dari itu Penanggungjawab Timnas Bernhard Limbong mengatakan masih ingin memakai Wim Rijsbergen hingga 29 Februari 2012, meralat pernyataan sebelumnya yang ingin mengganti langsung Wim dengan RD. Sejak kemarin sore kelihatannya PSSI mulai berhati-hati didalam mengeluarkan statement-statementnya. Hari-hari kedepan sepertinya akan menjadi hari-hari krisis bagi Djohar Arifin dan kawan-kawan.Yang diharapkan semoga bisa terjadi rekonsiliasi antara Pengurus dan Klub-klub yang ada serta tokoh-tokoh bola tanah air sehingga tidak perlu dilakukan Kongres Luar Biasa lagi.Dan semoga PSSI bisa bijak dan lebih menghargai insan bola yang ada di tanah air. Semua orang dasarnya cinta PSSI dan PSSI harus sadar itu dan harus berusaha untuk tidak melukai pendukungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline