Lihat ke Halaman Asli

Rullysyah

Penulis

BBM Naik, Jokowi Sudah Membuktikan 3 Hal

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pembicaraan-pembicaraan di Media-media social mengenai kenaikan harga BBM lebih banyak berbicara tentang ketidak-pahaman masyarakat bahwa Jokowi menaikkan harga BBM pada saat harga minyak mentah dunia sedang turun jauh. Di faktor inilah isyu ini mulai semakin membesar.

Bisa jadi masyarakat terpengaruh oleh opini-opini yang dikeluarkan oleh para politisi yang memang posisinya berada di seberang kubu pemerintah. Salah satunya adalah Fadli Zon yang begitu keras pernyataannya tentang hal tersebut. Selain mengatakan Jokowi menaikkan harga BBM pada saat harga minyak mentah dunia turun, Fadli Zon bahkan dalam kicauan Twitternya mengatakan cara berpikir Pemerintah seperti Lulusan SD saja. Sangat berlebihan sebenarnya, tetapi itulah Fadli Zon.

Kita tidak sedang membicarakan Fadli Zon tetapi mungkin cara berpikirnya memang bisa dijadikan tolok ukur, baik sebagai cara berpikir orang kebanyakan maupun pernyataan sebagai politisi yang selalu bertopeng pencitraan.

Kalau kita mengingat beberapa bulan yang lalu pada musim Pilpres, Prabowo sendiri mengatakan bahwa kalau dirinya menjadi Presiden maka Prabowo juga akan mencabut subsidi BBM dan menggantikannya dengan subsidi yang lebih baik, entah subsidi pendidikan atau subsidi Kesehatan dan lainnya.

Bisa juga kita membayangkan bahwa kalau saja SBY masih boleh menjadi Presiden, mungkin saat ini SBY juga sedang merencanakan kenaikan harga BBM dikarenakan setiap saat subsidi BBM selalu naik tajam seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia.

Jadi siapapun yang menjadi Presiden kita saat ini, kesemuanya akan berpikir untuk menghapus subsidi BBM karena hal itu adalah beban berat tak berkesudahan dari Pemerintahan dari masa ke masa. Dengan pertumbuhan populasi penduduk dan diiringi kenaikan populasi kendaraan akan membuat subsidi BBM semakin tinggi setiap saat. Belum lagi masalah-masalah lain seperti Penyelundupan BBM bersubsidi dan Mafia Migas.

Pola pikir Fadli Zon adalah pola pikir yang terlalu sederhana. Sebenarnya Pemerintahan Jokowi saat ini tidak menaikkan harga BBM, melainkan Mencabut subsidi BBM. Jadi memang tidak ada hubungannya antara Mencabut subsidi BBM dengan Harga Minyak Mentah Dunia yang saat ini sedang turun.

Memang betul bahwa mencabut subsidi BBM dan menaikkan harga penjualan BBM akan berdampak hal yang sama, yaitu efek domino yang membuat semua harga komoditas menjadi naik. Inflasi pun akan bergerak naik seiring kenaikan harga-harga berbagai komoditas. Tetapi sekali lagi bahwa Mencabut Subsidi BBM adalah hal yang berbeda dengan menaikkan harga BBM.

JOKOWI SUDAH MEMBUKTIKAN 3 HAL

Dengan mengumumkan kenaikan harga BBM (dibaca mencabut/ mengurangi Subsidi) dalam tempo 1 bulan setelah diangkat menjadi Presiden, maka Jokowi bisa dianggap sebagai Presiden yang jauh dari Pencitraan. Jokowi berani mengambil langkah tidak populis demi suatu tujuan yang positif.

Keberanian Jokowi juga bisa dikategorikan dalam Keberanian yang “Nekat”. Nekat karena baru 1 bulan dilantik, Nekat karena posisi Parlemen saat ini dikuasai KMP sebagai pihak oposisi dan Nekat karena ditentang sebagian besar kader partai pendukungnya. Jokowi juga mengumumkan sendiri kenaikan harga BBM ini, sangat berbeda dengan Presiden-presiden sebelumnya.

Hal yang kedua yang telah dibuktikan Jokowi adalah Jokowi Bukan Presiden Boneka. Menaikkan harga BBM setelah satu bulan dilantik membuktikan bahwa Jokowi tidak serta merta tergantung pada partai pengusungnya PDIP, atau bahkan seperti yang digembar-gemborkan pesaingnya bahwa Jokowi dikendalikan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP.

Dalam 2 minggu terakhir berkali-kali beberapa Elit PDIP mengeluarkan statement menolak kenaikan harga BBM. Jokowi sendiri sehari setelah pulang dari lawatannya ke luar negeri langsung mengadakan rapat kabinet pada siang kemarin dan disusul malamnya mengumumkan Pencabutan Subsidi BBM. Tidak ada ruang maupun kesempatan dari Jokowi untuk berkonsultasi kepada partainya apalagi dengan Ketua Umum PDIP. Inilah yang bisa dijadikan bahan kesimpulan bahwa Jokowi memang tidak dalam kendali Megawati.

Dan yang ketiga yang sudah dibuktikan Jokowi adalah Komitmen untuk memimpin bangsa. Jokowi punya keteguhan hati untuk mengambil sebuah kebijakan. Jokowi yakin bahwa dengan mengurangi Subsidi BBM akan membuat Pemerintah memiliki dana segar sebesar Rp.100 Trilyun yang dapat dipergunakan untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat dibanding “membakarnya” dalam subsidi BBM.

Keyakinannya yang tinggi bahwa langkah pemerintahannya berada dalam koridornya atau tujuan utamanya membuat Jokowi tidak ragu untuk melangkah. Inilah cirri Pemimpin Besar sebenarnya. Berani mengambil langkah tidak populis demi memperjuangkan apa yang menjadi tujuan besarnya yaitu demi kepentingan bangsa.

Jokowi memang bukan Dewa dan Jokowi punya banyak keterbatasan sebagai manusia.

Semua langkah Jokowi memang belum tentu benar semuanya. Semua kebijakkan Jokowi memang tidak bisa dijamin akan berjalan 100 persen dan mampu membawa bangsa ini menjauh dari keterpurukan, tetapi yang bisa dipastikan saat ini adalah Saat ini kita memang memiliki seorang Pemimpin Bangsa yang berani bertindak, tidak Pencitraan, Bukan Presiden Boneka dan memiliki Komitmen yang kuat untuk membawa bangsa ini menuju cita-citanya.

Harapan kita sebagai masyarakat adalah berdoa agar semua langkah yang ditempuh Jokowi adalah langkah yang tepat demi kepentingan bangsa. Kita juga wajib mengkritik Jokowi bila langkah kebijakkannya terbukti merugikan kepentingan bangsa.

Salam Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline