Lihat ke Halaman Asli

Rully Novrianto

A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Putaran Kedua Sama dengan Pemborosan

Diperbarui: 1 Desember 2024   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana saat pencoblosan di TPS (Sumber:tangerangkota.go.id)

Pemilihan umum selalu jadi momen yang seru sekaligus bikin harap-harap cemas. Kita dihadapkan pada janji-janji perubahan dari para calon pemimpin, tapi juga tak bisa lepas dari drama dan dinamika politiknya.

Namun untuk Pilkada Jakarta kali ini, saya punya harapan sederhana: semoga selesai di satu putaran. Saya tidak peduli siapa yang menang, tapi lebih kepada alasan praktis biar hemat waktu, tenaga, dan tentu saja uang. Kalau dilihat dari partisipasi pemilih saja, rasanya pilkada kali ini sudah kehilangan gregetnya

TPS yang Sepi Bukti Kurang Antusiasnya Pemilih 

Di TPS tempat saya, suasananya jauh dari kata ramai. Dari 588 orang yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), hanya 386 yang datang mencoblos. Sisanya? Entah sedang sibuk, malas, atau memang memilih untuk tidak peduli. Itu berarti ada 202 surat suara yang terbuang begitu saja. 

Begitu pula dengan beberapa TPS lain di sekitaran wilayah saya, kondisinya sama. Jika beberapa TPS saja sudah seperti itu, bagaimana dengan ribuan TPS lainnya di Jakarta?

Berapa banyak kertas, tinta, dan logistik lain yang akhirnya sia-sia? Padahal semua itu pakai anggaran negara alias uang rakyat. Termasuk uang saya, uang kamu, dan uang kita semua. 

Petugas TPS juga tidak kalah lelah. Mereka harus datang sejak pagi, mengatur segalanya hingga malam, hanya untuk menyaksikan banyak surat suara yang harus dirusak karena tidak terpakai. 

Ada rasa miris melihat usaha mereka yang begitu besar, tapi tidak diimbangi dengan partisipasi masyarakat. Ibaratnya sudah menyiapkan sebuah pesta yang meriah, tapi yang datang tidak banyak.

Kenapa Banyak yang Tidak Datang? 

Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa sih tingkat partisipasi pemilih bisa serendah itu? Dari yang saya perhatikan, ada beberapa kemungkinan: 

  • 1. Jenuh dengan Politik 

Banyak orang sudah lelah dengan dunia politik. Apalagi Pilpres belum jauh berlalu. Janji-janji yang terdengar manis sering kali tidak sejalan dengan realita. Akhirnya, orang-orang memilih tidak peduli. 

  • 2. Kurangnya Sosialisasi 

Tidak semua orang paham tentang siapa saja pasangan calon yang bertarung, apalagi soal visi dan misi mereka. Kalau tidak tahu apa-apa, buat apa datang mencoblos? 

  • 3. Sibuk atau Bukan Prioritas 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline