Ketika mendengar ada pisang ditempel selotip di dinding. dan baru-baru ini laku seharga 5,2 juta dolar di rumah lelang Sotheby's New York, apa yang terlintas di benak kamu? "Orang berak duit kali ya yang beli?"
Tapi mirisnya ini adalah kenyataan. Karya ini adalah hasil pemikiran (atau mungkin guyonan) seniman Italia, Maurizio Cattelan. Pembelinya? Justin Sun, seorang pengusaha kripto yang tampaknya sangat percaya bahwa pisang ini lebih berharga daripada membantu masalah kemanusiaan.
Mari kita bedah fenomena ini: apakah ini seni, penghinaan terhadap seni, atau hanya permainan uang ala elite?
Pisang + Selotip = $5,2 Juta?
Cattelan menamai karya ini "Comedian", mungkin karena dia tahu semua orang akan tertawa, atau justru menangis setelah melihat harganya.
Konsepnya sederhana: sebuah pisang biasa ditempel di dinding menggunakan selotip. Pisang itu tentu saja bukan pisang ajaib atau bahkan pisang emas. Pisang itu akan membusuk seperti pisang lain.
Jadi apa yang sebenarnya dibeli, pisangnya, selotipnya, atau sekadar ide yang ditulis di sertifikat keaslian?
Justin Sun, sang pembeli, tampaknya menganggap ini investasi yang keren. Tapi banyak orang bertanya: "Apa yang sebenarnya ia beli?" Apakah ini bentuk apresiasi seni, atau ada agenda tersembunyi?
Seni Kontemporer: Beauty Is in the Eye of the Beholder
Kita sering mendengar pepatah "Beauty is in the eye of the beholder." Ungkapan ini menekankan bahwa konsep keindahan bersifat subjektif. Apa yang dianggap indah oleh seseorang mungkin tidak dianggap demikian oleh orang lain
Tapi kalau objeknya pisang yang mulai menghitam, mata siapa yang melihat keindahan itu? Di sinilah seni kontemporer menjadi medan debat.
Para pendukung Cattelan mungkin berkata, "Ini adalah kritik terhadap konsumerisme! Simbol absurditas nilai ekonomi dalam seni!"