Lihat ke Halaman Asli

Rully Novrianto

A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Sound Horeg, Suara Kemeriahan atau Polusi Suara?

Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AI generated image by ideogram.ai

Jika kita bicara soal hiburan, setiap daerah pasti punya ciri khasnya masing-masing. Di Jawa Timur, ada fenomena yang cukup unik dan menarik perhatian, yaitu "sound horeg".

Sound horeg ini adalah istilah yang merujuk pada sistem audio dengan tumpukan speaker yang ditaruh di atas truk. Suaranya menggelegar, biasanya digunakan dalam acara-acara di daerah Jawa Timur.  Ternyata masyarakat sana begitu menikmati dan menghibur diri dengan dentuman-dentuman keras ini.

Lanjutkan Saja, Lestarikan Budaya Horeg!

Kalau memang sound horeg bisa membawa kebahagiaan bagi masyarakat Jawa Timur, siapa yang berani melarang? Mungkin bagi sebagian orang suara bising ini bisa bikin kepala pusing, telinga jadi budeg sementara, kaca pecah, dan genteng berjatuhan.

Tapi untuk masyarakat di sana, ini adalah hiburan. Bukan hanya sekadar mengisi waktu, tapi juga bagian dari identitas mereka.

Jadi kalau saya boleh berpendapat, ya lanjutkan saja! Lestarikan! Tidak banyak budaya lokal yang masih hidup dan eksis di tengah serbuan modernisasi. Sound horeg bisa jadi salah satu bentuk ekspresi yang masih bertahan.

Saat ada acara, dari pesta pernikahan hingga acara desa, suara sound horeg menjadi tanda dimulainya kemeriahan. Getaran bass yang menggetarkan kaca jendela, suara treble yang memekakkan telinga, semua itu justru menjadi bagian tak terpisahkan dari suasana.

Kita harus mengakui, ada semacam kebanggaan lokal dalam memelihara tradisi ini. Siapa tahu mungkin suatu saat sound horeg ini bakal mendunia!

Jakarta? Untung Saja Selamat dari Horeg!

Namun kalau saya boleh jujur, saya sangat bersyukur, bahkan mungkin lebih dari sekadar bersyukur bahwa sound horeg ini tidak ada di Jakarta.

Kenapa? Bisa dibayangkan jika di tengah kemacetan jalan mantan ibu kota, saya masih harus menghadapi deru sound horeg yang memekakkan telinga. Jakarta dengan segala kepadatannya sudah cukup "horeg" dengan caranya sendiri, tanpa perlu tambahan hiburan semacam itu.

Saat jam sibuk, suara klakson yang bersahut-sahutan di jalan ditambah lagi dengan dentuman sound horeg? Mungkin saya akan mengemasi koper dan pindah ke lereng gunung yang tenang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline