Lihat ke Halaman Asli

Rully Novrianto

A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Ngerinya Student Loan ala Mahasiswa di AS

Diperbarui: 21 Mei 2024   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Mikhail Nilov: www.pexels.com

Amerika Serikat menjadi salah satu tanah impian para pelajar ambisius. Kampus-kampus prestisius dengan profesor papan atas, riset mutakhir, dan tentu saja gelar bergengsi yang katanya bisa membuka pintu ke karier cemerlang. Tapi di balik gemerlap itu, para mahasiswa Amerika bertaruh masa depan mereka dengan sesuatu yang disebut "student loan" alias pinjaman mahasiswa.

Pinjaman mahasiswa ini nilainya gila-gilaan lho. Gila dalam artian jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu dollar! Dalam sebuah paper yang dirilis oleh College Board, rata-rata utang pinjaman mahasiswa untuk gelar sarjana adalah $29.400 (Rp471.135.000) pada tahun ajaran 2021-22. Utang sebanyak itu harus mereka lunasi dalam waktu 10-30 tahun, lengkap dengan bunganya. Akibatnya banyak mahasiswa yang mengalami depresi dan gangguan mental gara-gara memikirkan pinjaman mahasiswa ini.

Bayangkan, lulus kuliah belum mapan, malah langsung dikejar tagihan. Emang enak? Saya bukannya bilang pendidikan tinggi di Amerika jelek. Sama sekali tidak! Tapi menurut saya sistem pinjaman mahasiswa ini terlalu berisiko. Investasi ilmu harus dibayar dengan jeratan utang yang mencekik.

Indonesia mau tiru-tiru?

Dunia pendidikan tinggi Indonesia baru saja ramai soal kenaikan UKT yang gila-gilaan. UKT naik hingga ratusan persen, yang memberatkan para mahasiswa dan orangtuanya.  Nah, tidak lama setelah itu, seperti dikutip dari kompas.com, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pelaku usaha jasa keuangan sedang berdiskusi soal kemungkinan adanya produk pinjaman pendidikan untuk mahasiswa S1. Hmmmm, apakah ada udang di balik bakwan?

Kalau hal ini benar terjadi, bisa ambyar mimpi anak muda Indonesia buat kuliah. Memang, biaya operasional kampus itu mahal. Menggratiskan pendidikan juga tidak bisa menjadi opsi. Tapi masa iya solusinya cuma dengan membebani mahasiswa dengan UKT selangit?

Ada banyak cara lain yang lebih manusiawi, kok. Misalnya, dengan meningkatkan kualitas riset biar bisa menarik dana hibah. Cara lainnya bisa jalin kerja sama dengan perusahaan supaya bisa memberikan beasiswa ke mahasiswa berprestasi.

Uang kuliah yang mahal bukan jaminan kualitas pendidikan yang baik. Masih ada kampus-kampus di Indonesia yang UKT-nya masih terjangkau. Banyak lulusannya yang berprestasi dan bersaing di dunia kerja.

Jangan sampai tren student loan ala Amerika membuat masa depan pendidikan tinggi di Indonesia malah suram. Cita-cita anak muda buat kuliah jadi terhalang gara-gara terbentur biaya yang tidak masuk akal.

Pendidikan tinggi itu seharusnya jadi jembatan, bukan tembok pembatas. Jangan sampai gara-gara UKT yang mencekik lalu meminjam ke pinjol, mahasiswa Indonesia jadi lulus kuliah sambil bawa beban mental dan utang yang menggunung. Iya kalau usai kuliah langsung dapat pekerjaan dengan gaji oke. Kalau setelah lulus kemudian nganggur atau dapat pekerjaan yang gajinya minimum, bagaimana mereka bisa melunasinya?

Yuk, kita sama-sama suarakan kalau pendidikan tinggi yang berkualitas itu tidak harus dibayar dengan harga yang mencekik. Masih banyak cara lain yang lebih kreatif dan adil untuk memastikan keberlangsungan pendidikan tinggi di Indonesia. Jangan biarkan mimpi anak muda Indonesia untuk bisa kuliah sirna gara-gara dikejar bayang-bayang student loan ala Amerika Serikat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline