Lihat ke Halaman Asli

Rully Moenandir

TV and Movie Worker

Taman Cattleya: Asri Namun Diacuhkan

Diperbarui: 21 Februari 2019   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

"Tiiiinnn...tttttiiiiiinnnn...Tiiiinnnnn......" suara klakson, atau bahkan kadang makian langsung dari balik kaca yang terkadang membuat kitapun yang tidak terlibat "pergulatan" lalu-lintasnya secara langsung, sering ikut-ikutan akhirnya membunyikan klakson kendaraan yang makin membuat bising dan mumet kepala.

Macet, Lelah sepulang kerja atau beraktivitas,bukannya membuat otot bibir ini merekah, namun justru membuat manyun dan memperparah kerut di kening bertambah jelas.

Jakarta, tempat semua orang disekitarnya berkumpul di 1 tempat. Jakarta yang juga seharunya lengang, harus menerima para "pemburu rupiah" ini setiap harinya, bahkan saat akhir pekan, jka banyak sekali event yang digelar di ibukota negara Indonesia tercinta ini.

====

Dokpri

Kemumetan lalu lintas inipun sangat dirasakan oleh masyarakat yang "menyerbu" Jakarta lewat gerbang barat jakarta, yakni dari arah Merak/Tangerang. Pagi hari mereka harus merayap mulai saat medekati wilayah Meruya, sedangkan arus baliknya di sore hari, mereka harus juga mengantre sejak depan Gedung Rakyat di kawasan Senayan Jakarta.

Terbayang kan berapa waktu terbuang, siklus metabolisme kita, ataupun BBM yang terbuang setiap hari di "jalur setan" tersebut? Dan itu sama sekali tidak kita sadari, atau malah kita anggap remeh.

Apakah tidak terpikirkan, layaknya kita berkendara didalam tol Cikampek, kita meluangkan waktu untuk berhenti sejenak untuk beristirahat? Toh dengan adanya kita dalam antrean kemacetan, dibanding kita berhenti beristirahat lalu meneruskan perjalanan, waktu tempuhnya akan sama ? waktu tiba di lokasi juga sama ? namun "hak" tubuh kita terpenuhi dan BBM yang dikonsumsi jauh lebih irit plus kita bisa berhemat bahan bakar fosil untuk masa depan ?

====

Tangkapan GoogleMaps Perempatan Tomang (dokpri)

Kalau kita "ngeh" di jalur non-tol menjelang perempatan Tomang sebelum masuk area tol, disebelah kiri kita ada sebuah taman yang kita bisa gunakan untuk beristirahat menunggu cairnya kemacetan tadi.

Taman yang sebetulnya sudah ada sejak dulu dengan nama TAMAN TOMANG ini, memang identik dengan taman mesum, kumuh, rusak dan tidak terawat (bahkan sebagian besar ditutupi seng dan semak belukar). 

Namun, sejak kepemimpinan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), taman ini langsung dipermak dan berganti rupa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline