Lihat ke Halaman Asli

Rully Moenandir

TV and Movie Worker

Ke Sukabumi? Naik Kereta Saja Lah

Diperbarui: 24 Oktober 2017   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Hal paling menyebalkan adalah kena macet...apalagi kalau menyandang WARGA wilayah JABOTABEK, rasanya, kalau pergi keluar kota untuk mengisi waktu akhir pekan untuk beristirahat, terus kena macet.... kok rasanya gimanaaaaaa....gitu :)

Minggu lalu, kami sekeluarga mengunjungi kota Sukabumi karena ada keperluan keluarga, kota yang baru denger namanya saja sudah bikin otak menyimpulkan....MALES BANGET DAH AH. Kenapa? Karena setiap akhir pekan ketika mengunjungi kota ini...cuma ada 2 pilihan, pertama, jalur bogor tembus sukabumi langsung yang normalnya memakan waktu 8-10 jam perjalanan dari jakarta dengan track lurus menanjak dengan pemandangan pabrik2....atau, lewat puncak tembus cianjur, dengan waktu 7-8 jam (irit 1-2 jam) dengan harapan bisa ikut rombongan satu arah (sistem buka tutup), dengan track berkelok dengan pemandangan villa dan kebun2 teh. CUMA ITU.

Tapi minggu kemarin, kami mencoba 1 moda transportasi lain yakni KERETA API, yang dulu pernah ada, namun sempat vakum karena kondisi rel yang sudah banyak kerusakan karena pergeseran2 tanah akibat seringnya bencana alam, dan diaktifkan kembali sekitar November 2013 oleh Bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN saat itu. Dengan trayek sama, Bogor-Sukabumi pp. dan denger-denger Presiden Jokowi pun sudah menginstruksikan untuk menambah track baru trayek ini agar bisa dilalui 2 kereta sekaligus lho...

Karena tempat tinggal kami dekat sekali dengan stasiun KRL, maka keputusan berangkat ke Sukambumi adalah dengan menggunakan Commuter Line (KRL Jabodetabek) lalu lanjut KA Pangrango dengan trayek tadi.

Dokumentasi pribadi

Nah, karena kami baru pertama kali niat menuju ke Sukabumi dengan kereta, maka mulailah kami mencari informasi sekitar 10 hari sebelum keberangkatan, dan alahkah terkejutnya, ketika tahu kalau tiket kereta api ini SANGAT MURAH namun SULIT DIDAPAT. Untuk kelas Eksekutif seharga 50.000 rupiah, dan kelas ekonomi AC seharga 20.000 rupiah saja sekali jalan. Sayangnya, pembelian tiket secara online untuk Eksekutif DIJAMIN SUDAH HABIS rata-rata H-20, sedangkan kelas ekonomi SUDAH HABIS jika dipesan kurang dari H-7, baik pembelian via web PT KAI maupun via penyedia jasa pemesanan tiket online lainnya.

Dan benar saja, ketika kami cek di H-7, semua kelas tiket online sudah terjual ludes...Walhasil, keluarga kami harus membeli langsung ke stasiun Bogor untuk membeli 17 tiket ke Sukabumi di hari sabtu minggu berikutnya, alhamdulillah, untuk kelas Ekonomi AC masih tersedia, lain halnya dengan kelas Eksekutif yang sudah lama ludes terjual.

Dokumentasi pribadi

Seminggu kemudian, perjalanan pun dimulai....seperti biasa, kami memang sering mengunakan transportasi umum baik itu bis TransJakarta, maupun Commuterline Jabodetabek jika ingin berjalan-jalan di akhir pekan (kalau hari kerja jarang, karena masih gak kuat sama antri lama dan penuhnya). Seperti biasa kami transit di Stasiun Duri, lalu meneruskan ke Stasiun Bogor yang hanya memakan waktu sekitar 1 jam termasuk transit.

Nah, perjuangan bermula sejak kami tiba di Stasiun Bogor, kami yang rata-rata adalah anak kecil umur 4-5 tahun plus 2 bayi dengan berbagai macam gembolan karena rencana menginap, lupa bahwa stasiun transit ke Sukabumi bukan di stasiun yang sama. Yaaaaaa....memang tidak jauh lokasinya, hanya di seberang stasiun bogor, sekitar 200-300 meter, yang jika tidak terhalang bangunan, stasiun Bogor-Paledang pasti terlihat dari stasiun besar Bogor.

Perjuangan naik turun tangga penyebrangan dengan gembolan dan anak-anak plus saya sendiri yang harus menemani adik yang membawa anaknya menggunakan stroller yang tidak mungkin diajak naik ke jembatan penyebrangan, mengharuskan saya untuk menentukan 2 pilihan, berjalan ke arah kanan sampai bundaran yang kemacetannya parah yang agak sulit untuk menyebrang dengan stroller, atau berjalan ke kiri, jalan ke arah kebun raya lalu menyebrang dengan kondisi jalan yang cukup lengang untuk menyebrang dengan stroller berisi anak kecil. so...i choose the left track then :) Pokoknya, untuk kondisi seperti keluarga saya, atau kondisi orang tua bahkan disabilitas...SULIT LAH.

Dokumentasi pribadi

Perjuangan tidak sampai disitu, jalanan menuju stasiun Bogor-Paledang pun tidak mulus alias berlubang. Jalanan pinggir ruko-ruko tadi beraspal namun sudah rusak dan banyak lubangnya, bahkan kemarin dengan kondisi bekas hujan, meninggalkan lubang2 berair degan kondisi becek disekitarnya...Seru memang kalau kita suka offroad atau tracking, tapi kalau tidak, pasti bikin kesel nih, setelah "dikerjain" naik turun tangga atau memutar cukup jauh dengan berjalan kaki.

Hal menarik juga terjadi ketika sudah mulai masuk kawasan Stasiun...gang menyempit (lebih sempit dari jalanan disamping ruko-ruko tadi) dengan panjang sekitar 50 meter makin "mengaburkan" kalau kita sudah sampai dilokasi yang benar. Untungnya tulisan STASIUN BOGOR-PALEDANG sudah terlihat dari jauh, jadi kita bisa yakin kita sedikit lagi sampai, jika tidak, maaf saja...serem ah lewat situ, apalagi kalau keretanya belum terlihat, dan susana agak gelap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline