Lihat ke Halaman Asli

Rulin Dwi Wahyuningsih

Guru dan Penulis

Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Kegiatan Literasi

Diperbarui: 14 Februari 2023   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Program Merdeka Belajar diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air. Merdeka Belajar merupakan suatu pendekatan yang menjadikan siswa sebagai pusat  belajar. Hal tersebut dilakukan agar para siswa dapat mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan karya terbaik bagi bangsa. Ada tiga indikator keberhasilan program Merdeka Belajar yaitu partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata, pembelajaran yang efektif, dan tidak adanya ketertinggalan para peserta didik. Dalam rangka pendampingan belajar terhadap siswa tersebut, guru harus memanfaatkan berbagai sumber belajar sehingga guru dapat melakukan pendampingan, telaah,dan interpretasi terhadap persoalan belajar yang dihadapi oleh siswa.

Untuk mewujudkan merdeka belajar, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru maupun siswa adalah kemampuan literasi. Oleh karena itu sekolah harus menyediakan sarana yang memadai untuk mendukung proses literasi tersebut. Salah satu sarana tersebut adalah perpustakaan sekolah. Selain itu juga diperlukan sarana pendukung seperti laboratorium multimedia dan akses internet.

Perlu dipahami bahwa minat membaca pada anak tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang panjang dan tahapan perubahan yang muncul secara teratur dan berkesinambungan. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mencari bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa minat membaca adalah suatu rasa suka atau rasa tertarik pada kegiatan bahasa tulis (membaca) yang ditunjukkan dengan keinginan dan kecenderungan terhadap aktivitas tersebut tanpa ada yang menyuruh dan dilakukan dengan kesadarannya sendiri diikuti dengan rasa senang disertai dengan adanya upaya.

Ada dua kemungkinan penyebab rendahnya minat baca di kalangan siswa, yaitu (1) Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal belum memiliki program pengembangan madrasah literasi atau menumbuhkan budaya baca tulis secara sistemik, padahal siswa sebagian besar menghabiskan waktunya di sekolah, (2) Koleksi buku di perpustakaan belum mencukupi tuntutan kebutuhan membaca sebagai basis proses pendidikan.

Atas dasar permasalahan tersebut perlu diadakan aksi nyata perbaikan budaya literasi melalui sebuah program yaitu gerakan literasi. Adapun pihak yang terlibat dalam Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut.

  • Sekolah, sebagai lembaga yang menjadi tempat pelaksanaan gerakan
  • Guru dan pegawai, sebagai tenaga pendidik dan teladan bagi siswa
  • Siswa, sebagai sasaran utama gerakan
  • Pengelola perpustakaan, sebagai tuan rumah pusat kegiatan baca-tulis.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline