Lihat ke Halaman Asli

Langkanya Teladan dan Fenomena Sok Jago

Diperbarui: 1 November 2018   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cr: RoelMoez

Negeri ini hari hari ini sedang dalam kondisi penuh keprihatinan karena rangkaian musibah ; dari mulai gempa bumi, likuifaksi, tsunami, banjir bandang, hingga yang terbaru musibah kecelakaan pesawat. Tetapi suasana riuh rendah diantara kelompok kelompok kepentingan bukannya mereda demi menunjukkan kepedulian, empati serta sense of crisis, tapi malah kian menjadi jadi. 

Fakta bahwa masyarakat kini terbelah akibat pendidikan politik yang salah kaprah tercermin dari tergerusnya adab, langkanya etika dalam konektivitas sosial, khususnya di media sosial. Saling bersahut sahutan dan terjebak kedalam perdebatan kosong semakin sering kita saksikan berlangsung di media sosial. 

Sedikit ada perbedaan pendapat langsung dihujani dengan saling adu komentar negatif hingga adu massa, ancam mengancam lengkap dengan tayangan video sok jago di youtube hingga beredar pula di grup grup whatsapp. 

Harusnya semua pihak bisa menahan diri, introspeksi dan ngga perlulah sok jagoan saling serang dan tantang di medsos sekadar berebut pepesan kosong atau ingin disebut hebat ? hebat dari hongkong ! 

Akhirnya instrumen sosial hanya digunakan sebagai sarana kebodohan dan pembodohan masyarakat belaka. Ada sediaan teknologi bukannya tambah pintar malah tambah tidak beradab, kasihan sekali, mungkin inilah salahsatu bentuk mendustakan nikmat nikmat ALLAH, Naudzubillah.

Ironisnya, kaum terdidik, alih alih ingin menjelaskan masalah, akhirnya ikut pula terjun kedalamnya dan masuk dalam perangkap psy-war yang kadang tak jelas ujung pangkal masalahnya. 

Sebaran hoax, eskalasi nafsu kekuasaan hingga mainan para oknum pemilik media yang mencari keuntungan dari aneka isu konflik melebur jadi satu, amburadul! 

Alangkah lebih baik bila energi semua pihak dipakai untuk bantu sesama saudaranya yang kini tengah dirundung kesedihan karena musibah, atau kalau ngga bisa berkontribusi tenaga, pikiran dan materi, setidaknya bersikaplah tawadhu, jaga ketenangan serta perbanyak do'a untuk saudara kita sebangsa dan setanah air,  silent is golden.

Di sisi lain, para pemimpin politik juga seharusnya jadi garda terdepan dalam menciptakan iklim sosial politik yang kondusif demi keselamatan kita bersama, harus lebih kuat menahan diri dan harus punya kemampuan dalam manajemen konflik dan literasi digital, bukan malah ikut ikutan memperkeruh suasana. Para elit sejatinya berikan keteladanan bukan provokasi politik murahan yang justru bertendensi memecah belah bangsa. 

Masyarakat tidak perlu tergiring oleh perang propaganda yang menyesatkan. Lebih baik baku manfaat, sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. 

Kalau tak ada manfaatnya buat apa juga hidup. Selanjutnya, harus terus diingatkan soal potensi konflik sektarian hingga disintegrasi bangsa akibat sikap merasa benar sendiri serta mau menang sendiri diantara sesama anak bangsa, naif sekali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline