Lihat ke Halaman Asli

Pondok di Ujung Kolam (1)

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul 02.45 PM

Di luar hujan turun rintik - rintik, membasahi tiap senti jalan. Sebuah Porsche putih berhenti tepat di depa alun - alun kota. Dari dalamnya keluar seorang pria berjubah hitam membuka payung merahnya. Dia berjalan mendekati kolam air pancur, di tengah alun - alun. Pria itu merogoh sakunya, diambilanya sebuah korek gas berbentuk kereta, menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam - dalam.

Take lama kemudian, seorang wantita dengan jubah merah dipadu topi baret hitam berjalan di bawah naungan payung hitamnya ke arah si pria. Wanita tersebut berdiri di samping pria itu. Tanpa menoleh, si wanita mengulurkan tangannya yang dibalut sarung tangan kulit bewarna hitam, pria itu menyambutnya hangat. Mereka bersalaman.


"Freut mich, Herr Bonn - senang bertemu Anda, Pak Bonn-"

Sapa wanita itu dengan aksen bavarianya yang kental , ditariknya tangannya dari genggaman Bonn.


"Mich auch, danke. Wie geht's? - Begitu juga dengan saya, terima kasih. Apa kabar Anda?"

Wanita itu tersenyum hangat, membisikan sesuatu di telinga Bonn, yang membuatnya tersenyum kecil. Bonn memberi isyarat pada tamunya itu untuk menuju mobilnya yang basah terguyur hujan.

Bonn menawarkan sekaleng susu hangat dari kulkas mini di mobilnya. Si wanita tersenyum dan menikmati susu tersebut. Dia tidak bisa hidup tanpa susu.


"Danke für das Milch, schmeckt mir sehr gut.  Also, das Buch ist im rotten Koffer, und Sie sind verpflichtet, mich um 8 Uhr morgen anzurufen. Geht das?" - Terima kasih susunya sangat enak. Buku itu ada di dalam koper merah, dan Anda wajib menelpon saya jam 8 besok pagi. Jelas?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline