Lihat ke Halaman Asli

Di saat Para ODHA Membutuhkan Bantuan Kita

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terenyuh rasanya ketika seorang ODHA (orang dengan HIV-AIDS) sudah tidak punya apa-apa lagi, keluarga, isteri, suami, anak, teman, pekerjaan semuanya sirna begitu saja. Hanya para budhies dan petugas lapangan yang selalu menemani dalam kehidupannya.

Seseorang yang divonis HIV maka dengan sendirinya akan menutup diri dari hiruk pikuk dunia, perasaan mereka “inilah akhir dari hidup saya”. Namun berkat kegigihan budhies dalam penguatan psikologis, lama kelamaan dia bangkit kembali, tapi dengan satu pesan “jangan bilang siapa-siapa ya bahwa saya terkena HIV!” begitu yang selalu mereka katakan.

Disaat vonis HIV disandang, maka para ODHA harus dikonseling dan diperiksa lanjutan yaitu periksa ke lab untuk mengetahui CD4 (sidifor), HB, SGOT/SGPT dan Photo Rontgent, untuk memastikan apakah dia sudah saatnya untuk mengkonsumsi ARV (antiretroviral) serta untuk mengetahui jumlah sel T (CD4), fungsi hati dan ginjal serta kondisi HB dan juga paru-parunya.

Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh mereka dalam pemeriksaan ini, mungkin sampai kurang lebih 500 ribuan. Dan kenyataannya tidak semuanya siap dengan uang sejumlah itu. Dilema memang, namun tugas seorang budhies harus meyakinkan mereka bahwa ini adalah suatu proses untuk mereka supaya kualitas hidupnya lebih baik.

Infeksipun berlanjut dari HIV menjadi AIDS. Ini tentunya akan menambah beban bagi para ODHA, karena mereka sudah mulai sakit-sakitan. Yang tadinya bisa bekerja untuk mencari uang, lama kelamaan berhenti dari pekerjaanya karena sering absen, bahkan ada yang dikeluarkan dari pekerjaanya karena ketahuan status penyakitnya.

Penderitaan pun semakin bertambah; dari mulai sakit-sakitan, tidak punya pekerjaan, dikucilkan, di diskriminasi dan masih banyak lagi hal-hal yang timbul menyertainya.

Penulis pun saat terenyuh melihat kenyataan ini, setiap hari selalu menyaksikan ketakutan para ODHA ketahuan sama pasangannya, sama keluarganya, sama temannya bahkan mau berobatpun takut ada yang tahu dengan statusnya.

Sudah saatnya kita memberdayakan semua kekuatan yang ada di semua lapisan masyarakat untuk membantu mereka yang ODHA. Dimulai dari tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan dan juga para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dunia usaha serta pemerintahdaerah untuk menggalang persatuan dalam menghadapi beban mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline